SEMARAPURA, BALIPOST.com – Masyarakat Klungkung telah mendengar Kulkul Pejenengan dari Puri Agung Klungkung bersuara saat malam pengerupukan. Masyarakat teringat bahwa suara kulkul ini sebagai peringatan tanda bahaya, baik yang datang dari alam maupun manusia.
Ini, banyak dikaitkan dengan ancaman wabah Covid-19 yang sudah semakin mengganas. Masyarakat Klungkung pun diminta meningkatkan kewaspadaan.
Menurut tokoh agama dan budaya, Dewa Ketut Soma, suara Kulkul Pejenengan (Lanang-Wadon) di Puri Agung Klungkung memiliki kekuatan magis. Menurut cerita tetua dahulu, kekuatan magis itu mampu menghubungkan energi Gunung Agung, leluhur Puri Agung dengan Ratu Gede di Nusa Penida.
Kalau kulkul ini bersuara, menandakan suatu peringatan bencana, agar selanjutnya masyarakat waspada. “Jangan diartikan lain, bahwa suara kulkul ini akan membencanai umatnya,” tegas Dewa Soma, Kamis (26/3) pagi.
Peringatan ini biasanya diikuti dengan petunjuk untuk melakukan ritual khusus. Sesuai dengan jenis bencana yang akan datang.
Sebagai contoh, dulu ketika terjadi grubug berskala besar, umat diminta melakukan colek pamor di depan rumahnya masing-masing. Pencegahan dilakukan dari awal, karena sistem grubug yang tidak tampak. Sama halnya dengan wabah COVID-19 saat ini.
Tidak hanya gerubug, peristiwa besar akibat ulah manusia juga diberikan pertanda. Contohnya seperti peristiwa Bom Bali I maupun Bom Bali II, saat itu setelah Kulkul Pejenengan juga berbunyi, masyarakat langsung diminta menggantung nanas.
Bentuk nanas ini, identik dengan granat, sebagai pertanda bahaya yang sedang mengintai manusia. Termasuk, ketika terjadi gempa bumi berskala besar di daerah lain, suara Kulkul Pejenengan ini juga kadang muncul.
Artinya, suara Kulkul Pejenengan di Puri Agung Klungkung ini sudah banyak membuktikan adanya peristiwa besar. Dari zaman dulu sampai sekarang.
Sehingga, masyarakat Klungkung sangat khawatir, ketika Kulkul Pejenengan ini bersuara lagi saat malam pengerupukan, di tengah ancaman wabah COVID-19. Suara kulkul ini juga unik, karena hanya bisa didengar oleh orang-orang tertentu.
Kadang orang di dalam Puri Agung Klungkung pun tidak mendengar. Mengaitkan suara Kulkul Pejenengan itu dengan situasi saat ini, Dewa Soma meminta masyarakat tetap mengikuti arahan pemerintah daerah.
Tetap di rumah, kurangi bepergian, lakukan upaya-upaya pencegahan. Jangan sampai meboya (menganggap remeh) ada di tengah kerumunan, kalau sampai tertular maka akan semakin sulit untuk menghadapinya.
Termasuk, upacara agama dan kegiatan adat yang sedianya melibatkan masyarakat banyak, agar sementara ditunda atau lakukan tanpa melibatkan banyak orang. Petunjuk lain seperti memasang pandan isi cabai dan bawang putih di depan rumah, dilengkapi dengan ajengan putih kuning di depan rumah juga bisa dilakukan sebagai penolak bala. Atau bisa juga dilengkapi dengan benang tridatu sebagai simbul keseimbangan api, air, dan angin.
Selain itu, umat juga diminta tetap berdoa di masing-masing kemulan, agar seluruh doa yang tulus itu, mampu memberikan vibrasi positif bagi semua masyarakat agar dihindarkan dari ancaman wabah COVID-19. (Bagiarta/balipost)