Banjir bandang melanda Songan, Jumat (7/2). (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Banjir bandang terus terjadi tiap tahun. Bahkan, bencana yang menyebabkan kerugian ratusan juta rupiah bagi warga itu lama kelamaan makin parah.

Meski Pemkab Bangli dan Pemprov Bali selalu hadir setiap bencana, namun belum ada pembahasan serius mengenai upaya antisipasi. Berkaca dari kejadian-kejadian sebelumnya, setiap musim hujan pasti akan terjadi banjir bandang. Dua banjar paling terdampak akibat banjir yakni Banjar Hulundanu dan Banjar Desa. Kedua banjar ini berada di posisi hilir.

Limpahan air dari atas pegunungan akan bermuara ke daerah tersebut. Di Banjar Hulundanu misalnya, terdapat aliran sungai yang warga setempat menyebutnya rogan mbah. Sungai ini terhubung dari Puncak Penulisan, Desa Belandingan dan Desa Pinggan lalu ke Banjar Hulundanu. Jika terjadi hujan lebat, air akan mengalir di sungai itu melewati Banjar Hulundanu lantas ke danau.

Baca juga:  Dari Tambahan Kematian COVID-19 Bali Masih Tinggi hingga Klinik Rapid Test Menjamur

Sayangnya, sungai ini sangat dangkal sehingga ketika banjir bandang, air yang mengalir begitu besar akan menerobos hingga ke lahan pertanian. Tak pelak, lahan pertanian warga yang berisi tanaman bawang, tomat, cabai dan lainnya ikut tersapu air bah.

Kemudian di Banjar Desa, selain tempatnya yang rendah, juga banyak permukiman warga. Banjir bandang yang terjadi di banjar ini sumber airnya dari atas pegunungan yang merupakan lintas desa dan banjar yakni Puncak Penulisan, Pinggan, Belandingan dan Banjar Kayupadi.

Dari Banjar Kayupadi hingga Banjar Desa, tidak ada saluran air khusus seperti di Banjar Hulundanu sehingga air bah mengalir secara liar. Di daerah ini, selain permukiman juga merupakan lahan pertanian.

Baca juga:  Di Pantai Melasti Ungasan, Warga Hendak Mancing Distop Petugas

Lebih parahnya lagi, di kedua lokasi banjir bandang ini tidak adanya selokan atau got yang bisa mengalirkan air. Secara otomatis, air mengalir secara liar ke rumah-rumah warga dan terjadilah musibah seperti sekarang. Dari kejadian ini, mobil dan puluhan unit motor tertimbun lumpur.

Begitu juga puluhan warga terpaksa mengungsi lantaran rumahnya tertimbun lumpur setebal 1 meter. Kini jalur tersebut hanya bisa dilewati sepeda motor, itu pun kondisinya becek dan licin sehingga pengendara mesti hati-hati.

Melihat kondisi seperti ini, tentunya warga Desa Songan sangat berharap harus ada perhatian lebih dari pemerintah terkait cara penanggulangannya. Pemerintah, baik di kabupaten, provinsi maupun pusat, harus mengambil langkah guna mengatasi hal ini. Apalagi, jalur tersebut merupakan jalan satu-satunya menuju Pura Hulundanu Batur.

Baca juga:  Anggaran Pengadaan Watermeter Dialihkan Untuk Penanganan Covid-19

Warga setempat, I Komang Gede Artawan berharap pemerintah segera mengambil langkah untuk antisipasi. “Bencana seperti ini setiap tahun terjadi. Bahkan tahun-tahun sebelumnya telah menelan korban jiwa. Beruntung bencana kali ini tidak ada korban jiwa. Jadi, saya harap Bapak Bupati Bangli agar segera bersikap dan mengambil langkah penanggulan supaya ke depannya tidak lagi terjadi bencana seperti ini,” katanya, Senin (10/2).

Hal serupa juga dikatakan warga lainnnya, I Gede Arcana. Pria yang rumahnya dilewati banjir bandang ini mengaku sangat menyayangkan tidak adanya tindakan penanggulangan dari pemerintah. Padahal, kejadian seperti ini sudah terjadi berulang-ulang. Selama ini, pemerintah hanya peduli ketika sudah ada kejadian, setelah itu tidak ada tindak lanjutnya. (Pramana Wijaya/balipost)

BAGIKAN