Ibu-ibu di Desa Adat Samsam sedang membuat sarana upakara. (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Desa Adat Samsam Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan yang dekat dengan perkotaan, kini dihadapkan dengan tantangan berat dalam upaya menjaga potensi yang dimiliki. Serbuan pembangunan perumahan yang semakin tak bisa dibendung berdampak pada keberlangsungan potensi lahan pertanian basah.

Warga yang hingga kini masih memiliki lahan produktif mulai beralih ke perkebunan. Itu pun jumlah arealnya mulai berkurang. Selain itu, warga setempat lebih banyak berprofesi sebagai PNS, berkebun dan swasta. Desa yang memiliki dua banjar yakni Banjar Samsam Dangin Pempatan dan Banjar Samsam Dauh Pempatan ini jumlah krama adatnya sebanyak 240 KK. Apa yang akan dirancang Desa Adat Samsam untuk bisa merealisasikan visi Gubernur Bali ‘’Nangun Sat Kertih Loka Bali’’?

Bendesa Adat Samsam Dewa Alit Astina mengatakan, terkait visi tersebut sejumlah konsep telah dirancang. Misalnya potensi seni dan budaya, ke depan akan diarahkan pada pembinaan sekaa teruna, srati banten, serta anak-anak SD dalam hal kegiatan pasraman. Di samping juga ingin membangun sekaa santi. ‘’Karena ini wajib di program, maka sekaa santi akan dikembangkan,’’ terangnya, belum lama ini.

Baca juga:  Pasar Kumbasari akan Ditata

Untuk keberadaan PAUD/TK bernuansa Hindu, kata Alit Astina, di Desa Adat Samsam selama ini memang tidak memiliki PAUD. Yang ada hanyalah TK, itu pun belum berbasis Hindu. ‘’Terkait PAUD/TK bernuansa Hindu ini kami akan melakukan pendekatan dan kajian dengan desa dinas. Karena TK sifatnya bermain, berbasis Hindu apa yang sekiranya perlu dirancang. Ini yang belum jelas konsepnya seperti apa,’’ ucapnya.

Mengenai tari wali ataupun tari sakral, diakuinya, memang tidak ada yang mengkhusus di desanya. ‘’Hanya tiap piodalan di Pura Kahyangan Tiga ditampilkan tari Rejang Dewa,’’ terangnya.

Untuk program yang sifatnya pawongan, menurut Alit Astina, yang akan menjadi prioritas yakni pembinaan sekaa gong. Alasannya akan ditujukan untuk ngayah di pura. ‘’Kebetulan ada sarana, kenapa tidak dipergunakan. Sekaa truna juga dilibatkan, apalagi dalam waktu dekat ini akan ada pawai ogoh-ogoh. Sementara kalau PKK, masih musiman, jelang piodalan baru latihan,’’ jelasnya.

Baca juga:  Kunjungan Wisman Naik Bukan Berarti Pariwisata Bali Membaik

Sementara di bidang ekonomi, ada rencana sinergi antara desa dinas dan desa adat, yakni memohon tanah yang tidak produktif di sebelah utara shortcut, yang rencananya akan dibuat pasar desa. Sebab, selama ini Desa Adat Samsam belum memiliki pasar desa. ‘’Di sana ada tanah pemerintah dan tanah pribadi. Konsepnya akan dirancang seperti rest area dan taman bermain, serta pasar tradisional. Panjangnya hampir 200 meter,’’ terangnya.

Jika lahan tidak produktif tersebut sudah tertata, tentu akan dijadikan icon desa. ‘’Meski masih sebatas wacana, tetapi rapat-rapat kecil sudah dilakukan dengan desa untuk memantapkan program tersebut,’’ imbuhnya.

Baca juga:  Menyelamatkan Sumber Mata Air

Ia menerangkan, keberadaan pasar desa ini tentu saja arahnya untuk BUPDA dan BUMDes. Pasar desa ini nantinya berfungsi memasarkan produk-produk yang dihasilkan masyarakat desa dan sebagai sumber pendapatan bagi pemerintahan desa.

Nantinya, yang terlibat di pasar tersebut tentunya diprioritaskan warga Desa Samsam agar mereka memiliki kegiatan. ‘’Karena banyak krama yang belum punya kesibukan, jadi bisa membuat semacam alat-alat upakara. Nanti ditampung di BUPDA atau BUMdes, dipasarkan di sana, modalnya bisa sinergi dengan LPD,’’ terangnya.

Perlu diketahui pasar desa merupakan penggerak roda ekonomi perdesaan, baik pada sektor perdagangan, industri maupun jasa. Kemudian sebagai entitas sosial, pasar desa sangat kuat dalam mempertahankan budaya lokal yaitu budaya gotong royong, kebersamaan dan kekeluargaan. Pertemuan antara penjual dan pembeli, tidak hanya untuk transaksi ekonomi, tetapi sekaligus menjadi media interaksi sosial. (Puspawati/balipost)

 

 

foto: samsam1,2,3

 

 

BAGIKAN