Salah satu obyek wisata di Batur. (BP/ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Berawal dari desa adat se-Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Pemprov Bali bersinergi dengan Yayasan Dharma Naradha, Kelompok Media Bali Post (KMB), didukung Sampoerna untuk Indonesia, menyosialisasikan program Pemprov Bali ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ Mewujudkan Bali Era Baru, Selasa (28/1). Kegiatan dalam upaya lebih menguatkan peran desa adat tersebut berlanjut ke Kabupaten Bangli, Rabu (12/2).

Bertempat di wantilan depan Pura Hulun Danu Batur, Kintamani, program itu disosialisasikan di hadapan para bendesa adat dan dinas di Kecamatan Kintamani, salah satunya Desa Adat Batur. Apa saja potensi yang dimiliki Desa Adat Batur?

Desa Adat Batur salah satu desa adat di Kabupaten Bangli yang terbilang sukses menggali dan mengembangkan potensi sumber daya alam. Desa Adat Batur saat ini memiliki beberapa unit usaha wisata yang tak hanya mampu menghasilkan pendapatan, namun juga menyerap tenaga kerja lokal.

Usaha wisata yang dimiliki Desa Adat Batur yakni tempat wisata permandian air panas Batur Natural Hot Spring, rumah makan, Taman Wisata Air yang dilengkapi vila, serta tempat pelukatan pancoran solas yang cukup terkenal dan banyak didatangi wisatawan. Usaha wisata tersebut didirikan di lahan laba pura milik Desa Adat Batur secara bertahap. Selain usaha di bidang wisata, Desa Adat Batur juga mendirikan usaha di bidang ekonomi yakni berupa koperasi desa.

Baca juga:  Hutan di Lereng Bukit Abang Terbakar

Prajuru Desa Adat Batur Wayan Asta mengatakan, Desa Adat Batur terus berupaya menggali potensi yang ada untuk kesejahteraan krama. Rencana ke depan, sebuah gedung serbaguna yang dimiliki Desa Adat Batur bakal ditata sebagai pasar agro. Gedung serbaguna yang berbentuk seperi wantilan itu memiliki luas 20 x 20 meter. Lokasinya ada di Tunon. Sementara ini gedung serbaguna tersebut dimanfaatkan krama untuk kegiatan olahraga seperti futsal.

Menurut Wayan Asta, Batur juga memiliki potensi di bidang pertanian berupa tanaman jeruk Kintamani. Kehadiran pasar agro itu tentu dirasa sangat pas. Dengan adanya pasar agro tersebut, nantinya jeruk hasil panen petani lokal di Batur dan sekitarnya dapat diserap dan dipasarkan di sana. ‘’Selama ini sudah ada Pasar Singamandawa di Kintamani. Tapi yang dijual di sana kan tidak saja jeruk, ada macam-macam. Ada kain, sembako dan lainnya. Kalau pasar yang khusus jual jeruk belum ada,’’ terangnya.

Baca juga:  Bali Post Salurkan Sumbangan Pembaca ke Korban Bencana

Sejauh ini rencana pengembangan pasar agro itu belum bisa dilakukan. Salah satu kendalanya yakni biaya. Desa Adat Batur, kata Asta, saat ini sedang fokus untuk mengembangkan dan mengefektifkan usaha wisata yang berlokasi di kawasan Toya Bungkah dan Seked. ‘’Rencana ke depan, kami juga akan menggali dan mengembangkan potensi wisata alam di hutan dekat Pura Pasar Agung yang beberapa waktu lalu sempat terbakar. Akhir-akhir ini lokasi tersebut banyak didatangi wisatawan untuk berfoto selfie,’’ terangnya.

Selama ini keberadaan beberapa unit usaha yang dimiliki Desa Adat Batur mampu menyejahterakan krama. Pendapatan dari unit usaha tersebut sebagian dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan keagamaan dan adat. Seperti untuk kegiatan upakara di pura, membantu krama dalam upacara pengabenan, dan kegiatan adat lainnya. Desa Adat Batur yang terdiri dari tiga desa dinas yakni Desa Batur Utara, Desa Batur Tengah dan Desa Batur Selatan memiliki 17 pura yang disungsung krama adat Batur.

Baca juga:  Tebing Bukit Abang Kembali Longsor, Lumpuhkan Akses Jalan

Keberadaan unit usaha yang dimiliki Desa Adat Batur juga mampu menampung tenaga kerja lokal. Secara otomatis ini mengurangi warga Batur eksodus ke luar untuk bekerja. Asta menyebutkan sedikitnya ada 120 krama yang diserap sebagai tenaga kerja di unit usaha milik Desa Adat Batur.

Selain sukses mengembangkan potensi yang dimiliki untuk usaha, Desa Adat Batur selama ini juga sukses dalam mempertahankan tradisi dan budaya. Asta mengatakan, tradisi pemerintahan di Desa Adat Batur yang menganut Bali Mula dan Majapahit masih sangat kuat. Budaya yang diwariskan leluhur di sana juga masih tetap terjaga dan lestari. (Dayu Swasrina/balipost)

 

BAGIKAN