Ilustrasi. (BP/Dokumen Swara Tunaiku)

Pola asuh menentukan masa depan anak. Model pergaulan serta kontribusi lingkungan juga tak mungkin kita abaikan dalam hal ini. Tumbuh kembang anak, tentulah menjadi tanggung jawab orangtua, mesti di luar itu ada sebagian besar waktu anak dengan teman dan dunianya di sekolah.

Orangtua tetaplah harus menjadi mentor terdepan bagi anak. Orangtua juga harus tampil sebagai teladan yang bijak dan patut, sehingga anak memiliki rujukan dalam meniru perilaku.

Anak dan dinamikanya saat ini tentu tetap harus dalam kontrol yang elegan dari orangtua. Dalam konteks ini orangtua juga tak bisa memaksakan kehendak pada anak. Untuk itulah perlu dibangun ruang diskusi dan komunikasi yang sehat antara orangtua dan anak. Orangtua harus punya waktu bersama anak-anaknya.

Baca juga:  Transportasi untuk Anak Kita

Terlebih kini potensi terjadinya penyimpangan perilaku dan salah jalan dalam mengelola masa pertumbuhan anak sangat besar. Anak bisa saja menjadi generasi liar, jika tak segera kita arahkan ke jalan yang benar. Anak-anak yang kini menghabiskan sebagian besar waktunya bersama gadget tetap harus kita bimbing.

Sudah banyak kasus yang bisa dijadikan pelajaran. Kejahatan melibatkan anak sudah terlalu banyak. Bahkan, perilaku anak di luar logika kita juga makin banyak. Seks bebas, geng motor dan copet hingga tindak kriminalitas lainnya yang melibatkan anak sudah jamak terjadi. Orangtua harus hadir dan mengurai kasus ini.

Orangtua mesti menjadi pengawas selain menjadi partner yang baik bagi anak. Sediakan waktu bersama anak, perkenalkan mereka dengan etika dan toleransi. Orangtua yang bijak dan siap mendampingi tumbuh kembang anak tentu akan menentukan karakter anak.  Jadilah figur yang siap membuka pintu lebar-lebar bagi anak untuk menjadi anak yang berbudi pekerti.

Baca juga:  Cerdas Mengelola Persaingan pada Era Digital

Tumbuh kembang anak hendaknya tetap dalam kontrol yang terukur dari orangtua. Mengarahkan bukan mengekang, mengendalikan bukan membatasi tentu bisa menjadi rujukan sikap. Selain itu, sudah saatnya orangtua juga memahami pergerakan dunia yang membuat anak-anak hidup pada masa yang berbeda dengan kita.

Memahami dunia anak dan memberikan ruang yang sehat pada anak haruslah dikondisikan dalam keluarga. Optimalisasi ruang keluarga dalam mengelola dinamika dan ruang hidup anak penting dikondisikan. Ruang keluarga mesti memberikan vibrasi yang sehat dan membuka ruang diskusi antaranggota keluarga. Jangan sampai ada pihak yang terlalu dominan yang pada gilirannya membuat pribadi dalam keluarga tertekan.

Baca juga:  Ini, Faktor Pemicu Mayoritas Kasus KDRT di Denpasar

Ibarat air, tekanan atas pribadi yang kuat akan memicu munculnya ledakan. Bahkan, potensi konflik bisa muncul jika harmonisasi di ruang keluarga tak terbangun. Untuk itulah, jadikanlah rumah kita surga kehidupan.

Hadirkan suasana nyaman dalam keluarga, sehingga setiap individu dalam keluarga merasa memiliki tanggung jawab menjaga keharmonisan. Tanpa adanya pemahaman dan kesediaan memahami tentu mustahil juga menuju keluarga harmoni. Berpijak dari hal ini, maka peran keluarga dalam membentuk karakter anak sebenarnya sangatlah dominan.

BAGIKAN