Cok Ace bertemu dengan sejumlah pihak untuk menggelar Karya Pemelepeh lan Pemahayu Jagat. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati memimpin rapat koordinasi persiapan Karya Pemelepeh lan Pemahayu Jagat di Ruang Rapat Wagub Kantor Gubernur Bali, Senin (17/2). Karya ini digelar untuk menyeimbangkan kembali keadaan alam semesta, baik sekala maupun niskala.

Terlebih setelah adanya sejumlah kejadian seperti wabah virus corona dan virus babi yang berdampak pada pariwisata Bali. “Kami meminta berbagai pertimbangan dari Ida Begawan, Ida Pedanda yang menguasai sastra, para Pemangku pengempon Pura Besakih, Bendesa Pura Besakih, PHDI, MUDP dan juga FKUB, untuk menyeimbangkan kembali keadaan alam semesta, baik sekala maupun niskala,” ujar Wagub yang akrab disapa Cok Ace ini.

Baca juga:  Terinfeksi Dari Ibu, Anak Usia Satu Tahun Positif Covid-19

Menurut Cok Ace, karya Pemelepeh lan Pemahayu Jagat akan dilaksanakan 23 Februari mendatang yang bertepatan dengan tilem sasih kewulu di bencingah Pura Penataran Agung Besakih. Pihaknya berharap, serangan virus tidak akan menguasai Provinsi Bali. “Karena pulau ini hanya memiliki sumber daya manusia saja, sehingga pariwisata dan kunjungan wisatawan memiliki peran yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat Bali,” jelasnya.

Sementara itu, Perwakilan PHDI Bali I Gede Sutarya berharap melalui rapat koordinasi persiapan ini dapat menghasilkan perencanaan yang matang. Dengan demikian, Karya Pemelepeh lan Pemahayu Jagat ini akan berjalan dengan lancar dan dapat memberikan keseimbangan sekala dan niskala bagi kehidupan yang berkelanjutan kedepannya.

Baca juga:  Hari Ini, Buleleng Alami Lonjakan Kasus COVID-19 Baru

Seluruh pihak terkait melakukan koordinasi terlebih dahulu dalam menentukan nama karya, agar tidak menimbulkan pertanyaan di tengah masyarakat yang nantinya tidak menutup kemungkinan juga dapat memecah belah persaudaraan. Selain itu nama harus disesuaikan dengan lontar yang ada, tingkatan upakara juga harus sesuai dengan kaedah agar tidak ada tingkatan upacara yang terlewati dan melangkahi karya yang belum pernah (seharusnya) dilaksanakan.

“Karena apabila selaku manusia kita menentang yadnya atau melakukan yadnya yang secara berlebihan akan mengakibatkan sebuah kehancuran bagi alam semesta dan isinya, baik itu grubug, sakit bahkan sebuah peperangan,” jelasnya. (Rindra Devita/balipost)

Baca juga:  Ilmuwan Afsel Temukan Varian Baru COVID-19, Sudah Menyebar ke Sejumlah Negara
BAGIKAN