Petani sedang berada di sawahnya. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Nasib petani Bali makin memprihatinkan. Bahkan, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, Adi Nugroho menilai petani dibiarkan lepas sendirian menghadapi pasar yang sangat buas.

Ia mengatakan pasar yang buas karena pasar tersebut terkoneksi dengan seluruh dunia dan selalu update mengikuti perkembangan zaman. Di sisi lain, petani Bali umumnya berangkat dari cara-cara kerja tradisional. “Umumnya mereka belum banyak yang mengikuti pergerakan pasar,” sebutnya saat mesimakrama ke Kantor Bali Post belum lama ini.

Baca juga:  Memaknai Hari Pahlawan Saat COVID-19, Ini Kata Danrem

Ia menilai untuk memecahkan persoalan ini, pemerintah harus berada untuk menengahi. “Pemerintah harus menengahi antara petani dengan pasar, sehingga terhubung. Ketika petani hendak bertemu dengan pasar, pemerintahlah yang ada di situ,” katanya.

Ia menjelaskan meski sekarang ini telah dibuatkan Peraturan Gubernur (Pergub), namun butuh aturan dan implementasi. Salah satunya soal penjaminan. “Dulu saya sempat dengar ada resi gudang, di mana lembaga ini dibentuk pemerintah untuk menjamin pasokan dari petani. Artinya, hasil produksi petani ini dipasok dan diolah lembaga tersebut, kemudian dibawa ke pasar dengan posisi tawar harga yang lebih tinggi,” jelasnya. (Pramana Wijaya/balipost)

Baca juga:  Jelang IMF-World Bank Annual Meeting, Keamanan Jadi PR
BAGIKAN