SINGARAJA, BALIPOST.com – Nelayan di Danau Buyan, Desa Pancasari, Sukasada gigit jari, menyusul tangkapan ikan yang anjlok. Kondisi yang telah berlangsung tiga bulan ini menyebabkan sejumlah nelayan beralih ke profesi lain. Supaya tak terus berlanjut, pemkab diminta menggencarkan restocking.
Seorang nelayan, Ketut Panji menuturkan profesi nelayan masih digeluti puluhan warga di desa yang terkenal dengan sektor agrarisnya ini. Namun belakangan, nasibnya kian tercekik menyusul tangkapan ikan yang melesu. “Sejak tiga bulan tangkapan ikan sangat minim. Makin sulit jadi nelayan,” tuturnya, Minggu (4/6).
Sebelumnya, dalam sehari dengan memasang tiga jaring, paling sedikit mendapat ikan kisaran 5 sampai 10 kilogram. Berbeda dengan saat ini, dengan belasan jaring hanya mendapat 2 kilogram. “Saya juga bingung ikannya kemana. Padahal pasang jaring banyak. Dapatnya sedikit,” keluhnya.
Dihadapkan kondisi demikian, sejumlah nelayan memilih untuk beralih ke pekerjaan lain, salah satunya buruh tani. Itu dilakukan lantaran hasilnya dipandang lebih menjanjikan. “Tidak semua yang beralih. Hanya beberapa. Nanti kalau ikan banyak, mereka kembali lagi jadi nelayan,” terang pria paruh baya ini.
Guna meningkatkan populasi ikan, Pemkab Buleleng sejatinya sudah melakukan restocking (penebaran benih-red). Hanya itu dinilai kurang maksimal lantaran berlangsung setahun sekali bertepatan dengan event Twin Lake Festival. “Danau ini sumber kehidupan. Kami berharap pemkab lebih menggencarkan penebaran benih. Jangan hanya saat ada acara saja,” harapnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Perikanan Buleleng, Ni Made Arnika mengatakan restocking di danau yang bersandingan dengan Danau Tamblingan ini dilakukan setiap tahun. Pihaknya pun siap memenuhi permintaan para nelayan untuk lebih menggencarkan lagi program tersebut. “Itu sudah menjadi program setiap tahun. Kalau memang ada usulan dari nelayan diluar yang sudah diprogramkan, kami siap. Apalagi produksi benih tetap berjalan,” tandasnya. (sosiawan/balipost)