BANGLI, BALIPOST.com – Bangli merupakan kabupaten yang layak disebut sebagai hulunya Bali. Hal ini karena kabupaten dengan luas 520 kilometer persegi ini menyediakan sumber air bagi sebagian tanah Bali.
Karena itu menjaga Bangli berarti menjaga sumber air yang menghidupi manusia Bali. Sungai di Bali, sumber airnya berada di kabupaten Bangli.
Sumber air tersebut bernama Danau Batur di Kintamani Bangli. Danau dengan luas mencapai 16 kilometer persegi tersebut mengalirkan airnya ke sungai-sungai di Karangasem, Gianyar, Klungkung, Buleleng dan Badung.
Ini belum air Danau Batur yang merembes keluar melalui sejumlah mata air besar. Petani di Bali sejak dulu menyadari peran penting dari Danau Batur sehingga menyebutnya sebagai ulu dengan puranya Hulun Danu.
Rasa terima kasih para petani atas kelimpahan air yang mengaliri sawah diwujudkan dengan menghaturkan persembahan. Sayangnya, rasa terima kasih serupa tidak muncul di kalangan pariwisata, dan juga pemerintah lainnya.
Padahal sumber air yang berhulu di Bangli juga digunakan untuk kepentingan konsumsi dan pariwisata. Sejumlah perusahaan daerah air minum (PDAM) menggunakan air dari mata air dan sungai yang berhulu di Bangli.
Sementara untuk pariwisata, aliran sungai di Gianyar yang berhulu di Bangli digunakan untuk obyek wisata rafting. Ketika kabupaten lain menikmati air yang bersumber dari tanah Bangli, pemerintah daerah Bangli justru menghadapi kesulitan menjaga kelestarian sumber air terbesar yakni Danau Batur.
Kabupaten dengan pendapatan daerah terbatas ini harus berjuang sendiri melakukan penyelamatan. Keluhan bahkan ancaman dari Bupati Bangli, Made Gianyar, sempat terlontar karena makin rusaknya Batur sementara perhatian dari kabupaten/kota dan provinsi masih minim. (Nyoman Winata/balipost)
Ulasan mengenai pentingnya kebersamaan ikut menjaga sumber air di Bangli ini dapat dibaca di harian Bali Post, Senin 24 Februari 2020.