Ilustrasi babi mati. (BP/dok)

JAKARTA, BALIPOST.com –  Kementerian Pertanian meminta daerah sentra produksi babi agar terus meningkatkan kewaspadaannya terhadap kemungkinan masuk dan menyebarnya penyakit African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika. Caranya dengan memperketat dan memperkuat pengawasan lalu lintas babi antar wilayah.

Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita, dalam rilis yang diterima Bali Post, Jumat (28/2), pemerintah memberikan perhatian khusus untuk pengendalian dan penanggulangan ASF. Mengingat, berdampak besar bagi masyarakat peternak kecil yang penghidupannya tergantung dari beternak babi. “Kami sangat serius menangani ini. Namun masyarakat juga harus terus mendukung pemerintah, misalnya melaporkan bila ada babi sakit. Jangan menjual apalagi membuang bangkai babi ke lingkungan,” tegas Ketut.

Baca juga:  Soal Matinya Ratusan Babi di Desa Bila, GUPBI Bali Ngaku Sudah Mengingatkan

Ketut kembali menegaskan pentingnya kewaspadaan bagi daerah sentra produksi babi, mengingat ASF belum ada vaksin dan obatnya. Jadi satu-satunya cara adalah dengan pengawasan lalu lintas yang ketat dan disiplin dalam menegakkan aturan biosekuriti, sehingga kasus tidak masuk dan menyebar. “Peran petugas dinas dan karantina sangat penting dalam mengidentifikasi faktor risiko dan melakukan tindakan teknis guna mencegah masuk atau menyebarnya ASF ke daerah bebas,” ucapnya.

Baca juga:  Penanganan Lambat, Peternak Babi Dibiarkan Merana

Menurut Ketut, semua pihak harus saling membantu, mengingat penyebaran penyakit ini hanya bisa dikendalikan melalui biosekuriti yang ketat. Otoritas veteriner di masing-masing wilayah diminta memberi perhatian khusus. “Tidak mudah memang mengendalikan lalu lintas manusia, hewan dan barang dari daerah tertular ke bebas. Kami himbau masyarakat bersama pemerintah pusat dan daerah mencegah ASF menyebar,” ujar Diarmita. (kmb/balipost)

 

BAGIKAN