DENPASAR, BALIPOST.com – Sekretaris Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Bali dr. I Gusti Ngurah Pramesemara, S.Ked.,M. Biomed., Sp. And. menjelaskan, masyarakat harus mewaspadai gangguan seksual seperti paedofilia, geronto filia, termasuk eksibisionisme. Paedofilia memiliki ketertarikan dengan anak-anak.
Sedangkan geronto filia menyukai orang yang jauh lebih tua atau lansia. Gangguan ini lebih cenderung termasuk paraphilia yaitu perilaku yang menyimpang secara seksual.
Penyebabnya, orang tersebut sakit secara mental atau psikis, dan masuk dalam diagnose DSM sebagai gangguan perilaku seksual. “Penyebabnya yang paling sering, psikisnya, jadi gangguan mentalnya. Memang ada kecenderungan dia untuk melakukan hal tersebut, termasuk pengaruh genetik juga ada di sana, sedangkan pengaruh lingkungan bisa saja karena pelaku merupakan korban sebelumnya,” ujarnya.
Menurutnya, rata-rata pelaku paedofil pernah menjadi korban sebelumnya. Sebelumnya, pelaku pernah mengalami menjadi korban baik sebagai korban paedofil atau sekedar perundungan seksual. “Jadi seperti korban bullying seksual, kemudian dia merasa itu yang benar, jadi dia melakukan hal tersebut,” jelasnya.
Paedofilia ataupun geronto filia dilakukan tentu tidak ada dasar suka sama suka. Yang terjadi bisa saja korban dipaksa.
“Kasus ini sudah ada dari dulu, tapi dengan lebih adanya ekspose media, terlihat memang meningkat selain karena media sosial,” ungkapnya.
Perkembangan teknologi juga berpengaruh negatif bagi sesorang yang tidak bisa menggunakannya dengan bijak. Seperti salah satu media sosial, tanpa saringan menjadi ladang untuk mengunduh video porno, menginformasikan tentang prostitusi pada anak, dan lain-lain. “Dan anak-anak yang diajak melakukan itu, akhirnya melanjutkan tongkat estafet paedofilia nanti ketika dia dewasa. Yang geronto filia juga memang banyak,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)