DENPASAR, BALIPOST.com – COVID-19 kini telah ada di Indonesia. Bali sebagai destinasi wisata dunia dan bagian dari Indonesia, mau tak mau harus siaga dalam menghadapi dan jika bisa mencegah wabah ini masuk.
Untuk itu, pemerintah menggerakkan semua lini guna mengantisipasi penyebaran dan menangani dampak virus Corona. Terlepas dari efektivitas upaya pemerintah, bencana ini bisa menjadi momentum pembelajaran bagi Bali agar lebih tanggap dan tangguh menghadapi bencana.
Ada dua aspek penting yang perlu mendapat perhatian serius yaitu kesehatan dan ekonomi. Dari sisi kesehatan, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace memberikan jaminan bahwa Bali sudah siap. Untuk sementara, ada tiga rumah sakit (RS) untuk menangani pasien pengawasan Corona yakni RSUP Sanglah, RSUD Sanjiwani dan BRSU Tabanan.
Jika jumlah pasien melebihi kapasitas, RS Unud dan RS Bali Mandara akan disiagakan. Dalam skenario terburuk pun, memblok satu RS untuk penanganan Corona di Bali, bukan hal mustahil. Bidang kesehatan sejauh ini menjadi prioritas, mengingat Bali belum memasuki tahap recovery pariwisata.
Pernyataan Cok Ace ini seakan memberikan sinyal betapa beratnya penanganan dampak virus Corona terhadap ekonomi Bali yang merupakan aspek terpenting berikutnya setelah kesehatan. Pariwisata sebagai motor penggerak utama ekonomi Bali diprediksi tidak bisa pulih hanya dalam hitungan bulan, melainkan tahunan.
Artinya, pengusaha dan tenaga kerja di industri pariwisata harus bersiap menghadapi kenyataan terburuk. Sektor-sektor penunjang juga tentu ikut terseok-seok apabila pariwisata lumpuh.
Solusi guna mengatasi persoalan-persoalan tersebut perlu dipikirkan mulai sekarang oleh pemerintah. Untuk jangka pendek, pemerintah harus menyiapkan dana tanggap darurat misalnya untuk biaya penguatan pemeriksaan kesehatan di pintu masuk Bali, biaya perawatan pasien diduga terinfeksi virus Corona dan hal teknis lainnya terkait penanganan virus.
Sedangkan terkait pemulihan pariwisata, dana stimulus pemerintah pusat harus dibagi secara adil dan proporsional serta digunakan dengan baik. Jangan sampai dana kompensasi atas penyetopan sementara pemungutan pajak hotel dan restoran ini justru memunculkan persoalan baru.
Dari sisi jangka panjang, Bali harus mawas diri atas ketergantungannya pada pariwisata. Pengelolaan pariwisata ke depan mesti lebih baik dari sekarang dengan mengedepankan kearifan lokal, bukan lagi dengan sudut pandang industrial.
Tanggalkan ego sektoral agar konsep one island, one manajement benar-benar bisa diimplementasikan. Pengembangan sektor selain pariwisata juga tidak boleh lagi sekadar wacana. (Dedy/balipost)
Ulasan mengenai antisipasi dan penanganan virus Corona di Bali dapat dibaca di Harian Bali Post, Kamis 5 Maret 2020.