NEGARA, BALIPOST.com – Sejumlah nelayan di pesisir Jembrana hingga saat ini masih mengalami dampak paceklik ikan. Sudah delapan bulan kondisi ini terjadi.

Seperti yang dialami para nelayan di Desa Perancak dan Pengambengan, khususnya para nelayan perahu Selerek (purse seine). Para nelayan perahu tangkap khas Selat Bali itu banyak yang menganggur karena sepinya tangkapan ikan. Dampaknya, ribuan nelayan selerek memilih beralih pekerjaan di darat seperti buruh bangunan.

Komang Astawa (41) nelayan Selerek asal Awen, Kelurahan Lelateng juga merasakan dampak ketika paceklik. Ia yang bekerja sebagai buruh kapal sejak lulus SD ini mengaku terpaksa bekerja serabutan lantaran pekerjaannya libur lama. “Ya apa saja saya kerjakan, asal anak saya bisa lulus sekolah,” akunya ditemui saat sedang menyabit rumput.

Baca juga:  Warga di Kelapa Balian Tuntut Perbaikan Jalan Desa

Di luar bekerja serabutan, Astawa memelihara sapi untuk tabungan sewaktu-waktu dijual.

Selain bekerja serabutan, tak sedikit pula nelayan Selerek memilih mencari ikan dengan alat tangkap pancing menggunakan perahu tradisional. Itupun hasilnya tidak menentu, karena faktor cuaca yang kurang bersahabat.

Sukirman (53) alias Wak King, nelayan asal Pengambengan, mengatakan banyak nelayan yang menggantungkan pekerjaan di Perahu Selerek kini melaut sendiri. Tetapi, sejumlah nelayan termasuk anaknya kini mencoba melakukan tangkap dengan perahu selerek ukuran mini.

Baca juga:  Dari Ratusan Fintech Terdaftar Cuma Belasan Berizin, Ini Alasannya

Alat tangkap yang digunakan juga sama berupa jaring. “Perahu ini lebih terjangkau disbanding purse seine, modalnya hanya sekitar Rp 100 juta, menampung delapan sampai sepuluh orang,” tandas Sukirman.

Waktu untuk melaut menurutnya juga dilakukan pada pagi hingga sore hari. Selain irit biaya operasional, hasil yang diperoleh juga maksimal karena hanya untuk 10 orang itu.

Namun, tak sedikit pula nelayan yang tetap mencari ikan menggunakan perahu tradisional (jukung). “Sekarang ini kami baru mencoba melaut, sudah lebih dari dua bulan tidak melaut,” ujar Ketut Sumajaya, pengelola kelompok nelayan grup Bintang di Pengambengan.

Baca juga:  Kepesertaan BPJS, Masyarakat akan Dibebaskan Pilih Asuransi Kesehatan

Satu dari sembilan pasang perahu Selerek milik Grup Bintang ini mencoba melaut untuk mencoba apakah sudah ada ikan di perairan Bali. Sekali beroperasi, satu perahu Selerek membutuhkan biaya operasional hingga Rp 6 juta. “Itu untuk semua keperluan perahu, dari bahan bakar, solar, es dan lain-lain. Kalau tidak dapat ikan, ya segitu kami rugi,” tandas Sumajaya, Rabu (1/3).

Dalam satu pasang perahu Selerek, membutuhkan nelayan sekitar 50 orang. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *