DENPASAR, BALIPOST.com – Pascameninggalnya satu WNA positif COVID-19 di RSUP Sanglah, akses masyarakat sepanjang selasar menuju ruang Nusa Indah dibatasi. Orang yang boleh masuk, menurut Ketua Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) RSUP Sanglah, dr IGB Ken Wirasandhi, hanya petugas.
Seperti membawa jenazah dengan fasilitas APD lengkap, sedangkan keluarga pasien diarahkan melalui jalur berbeda. “Akses masyarakat yang tidak berkepentingan sepanjang jalan menuju ruang Nusa Indah akan kami atur. Termasuk media. Jangan sampai RSUP Sanglah menjadi episenter baru dalam kasus-kasus penularan seperti ini,” katanya.
Tidak hanya itu, RSUP Sanglah juga melakukan penyemprotan rutin cairan disinfektan ke daerah yang sering dilewati. Maupun tempat pelayanan kesehatan di RSUP Sanglah.
Tidak hanya itu, ruang tunggu dan selasar juga disemprot. Untuk merawat pasien pengawasan COVID-19, RSUP Sanglah harus menyiapkan setidaknya 15 sampai 20 APD per hari.
Direktur Utama RSUP Sanglah, dr. I Wayan Sudana MKes, mengaku terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, di samping juga menganggarkan persediaan APD secara internal. “Kami selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali untuk kebutuhan-kebutuhan semacam ini. Begitu persediaan tipis, tentunya ada alokasi dana. Tapi kami dari rumah sakit sendiri juga menyiapkan, kami beli juga,” katanya.
Sementara, hingga Jumat (13/3), RS Sanglah merawat pasien dalam pengawasan COVID-19 sebanyak 11 orang. Dari jumlah itu, empat diantaranya merupakan WNI dan 7 WNA.
Sehingga kata dia, sejak awal kasus ini merebak, sampai saat ini RS Sanglah sudah merawat sebanyak 49 pasien. “Dari 49 pasien itu, satu yang positif COVID-19 dan yang sekarang dirawat di RS Sangah masih menunggu hasil lab. Dan tentunya sisanya yang sudah pulang hasil lab yang keluar sudah negatif,” katanya. (Yudi Karnaedi/balipost)