DENPASAR, BALIPOST.com – Di tengah kondisi ekonomi dan pariwisata lesu karena mewabahnya COVID-19, para pengusaha khususnya ritel juga ikut terdampak. Beberapa pusat perbelanjaan di kawasan pariwisata mengalami penurunan omzet.

Ketua Aprindo Bali A.A. Ngurah Agung Agra Putra mengatakan, ketahanan pengusaha ini dikaitkan dengan likuiditas, hanya mampu bertahan 3 bulan, maksimal 6 bulan. Maka dari itu ia berharap semua pihak dapat segera mengantisipasi agar dampak virus Corona tidak berlangsung lama. “Agar segera memutus penyebaran COVID-19 sehingga roda ekonomi bisa berjalan normal,” ujarnya Selasa (17/3).

Baca juga:  Omicron Transmisi Lokal Terdeteksi, Warga Jatim Diminta Tak Panik

Dijelaskannya, apabila pariwisata turun akan berdampak ke sektor lain. Khusus di ritel, cenderung terjadi penurunan omzet karena pangsa pasar wisatawan langsung turun 40 – 50 persen. “Sedangkan segmen lokal baru mengalami penurunan sejak akhir Februari sampai saat ini,” ujarnya pemilik Ayu Nadi Ritel ini.

Penurunan omzet ini dikatakan karena daya beli masyarakat turun. Mengingat masyarakat Bali banyak yang bekerja di bidang pariwisata. “Ketika pariwisata lesu, mereka juga berdampak,” imbuhnya.

Baca juga:  "Cemari" Anak Muda Berteater, Lomba Operet se-Bali Digelar

Setelah adanya kematian akibat COVID-19 di Bali dan instruksi dari pemerintah untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, beberapa hari terakhir dikatakan ada indikasi peningkatan penjualan di ritel. “Tapi tidak semua ritel. Kebanyakan terjadi di supermarket atau di grosir hingga peningkatannya 50 persen, naik signfikan,” ungkapnya.

Di minimarket juga terjadi peningkatan transaksi namun tidak signifikan, hanya 8 -10 persen, karena masyarakat cenderung membeli di supermarket atau grosir karena ketersediaannya lebih banyak serta itemnya lebih beragam. Produk yang banyak dibeli masyarakat meliputi bahan makanan seperti beras dan bahan makanan instan seperti mi dan juga minuman kesehatan.

Baca juga:  Kumulatif Warga di Bali Meninggal Tertular COVID-19 Capai 1.500 Jiwa

Untuk dapat bertahan lebih lama, diakui hal yang dilakukan adalah melakukan efisiensi di segala lini termasuk juga dari sisi SDM. “Namun bukan berarti kita melakukan PHK atau merumahkan, tapi yang kita lakukan, jika ada karyawan yang resign, kita tidak mencari penggantinya tapi memaksimalkan sumber daya yang ada,” jelasnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN