Penyemprotan disinfektan oleh petugas TRC untuk mengantisipasi kematian babi di Jembrana. (BP/olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Kasus kematian ternak babi di Kabupaten Jembrana terus bertambah. Data yang dihimpun dari Tim Reaksi Cepat (TRC) di lima kecamatan, babi yang mati hingga Senin (30/3) lalu tercatat 272 ekor. Jumlah kematian terbanyak terjadi pada Maret ini mencapai 207 ekor.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Wayan Sutama melalui Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan Kesmavet) Wayan Widarsa mengatakan, dari total 272 ekor yang dilaporkan mati yang terpantau atau dilihat langsung 14 ekor. “Sisanya yang ratusan dilaporkan oleh warga beberapa hari setelahnya atau sudah dikubur. Kami tidak bisa pantau itu. Yang 14 ekor ada indikasi mengarah ke ASF,” terangnya, Selasa (31/3).

Baca juga:  Disinfektan Kurang, Penyemprotan Kandang Babi Belum Maksimal

Hampir sebagian besar ternak babi yang mati itu merupakan ternak warga rumahan. Dari pengecekan kandang, sebagian besar kurang representatif yaitu berkubangan dan tak beratap. Untuk itu, dinas terus melakukan sosialisasi baik ke desa-desa dan ke usaha pemotongan ternak terkait pencegahan ASF.

Dinas melalui desa dan Tim Reaksi Cepat (TRC) yang tersebar di lima kecamatan diintensifkan melakukan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat pencegahan kematian babi. Yang paling utama menjaga kebersihan kandang. Selain itu ditekankan agar tidak sembarang orang, barang dan hewan (OBH) masuk ke kandang. “Termasuk para peternak, kami harapkan dalam kondisi bersih (sudah mandi) ketika masuk ke kandang,” tambahnya.

Baca juga:  Badung Surplus Produksi Beras

Peternak juga diharapkan tidak sembarangan memberikan makanan  kepada ternak babi. Sebab ada beberapa kasus, setelah ditelusuri diberikan makanan limbah dari pasar. Yang paling aman, makanan yang hendak diberikan ternak babi agar direbus atau direndam air panas. Setelah dingin, baru diberikan. Hal ini berfungsi mematikan virus yang menempel di makanan. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN