TOKYO, BALIPOST.com – Jepang pada Selasa (7/4) akan mendeklarasikan darurat nasional di sebagian negara Jepang, termasuk Tokyo, seiring meningkatnya infeksi COVID-19. Dikutip dari AFP, Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan bahwa dirinya akan mengadakan pertemuan pada sore ini dan mendeklarasikan darurat nasional.
Ia mengumumkan rencana itu, sehari sebelumnya, dengan mengutip bahwa telah terjadi peningkatan kasus baru, terutama di daerah urban, seperti Tokyo dan Osaka. Pelaksanaan darurat nasional ini rencananya akan berlangsung mulai tengah malam. Kebijakan ini akan memberikan kewenangan bagi gubernur-gubernur dari 7 kawasan yang dimasukkan dalam kategori darurat nasional itu untuk mengimbau warga berada di dalam rumah dan menutup bisnis mereka.
Namun, Jepang hanya akan memberlakukan imbauan tanpa upaya lain seperti yang dilakukan Eropa dan Amerika Serikat (AS). Tidak ada mekanisme pemaksaan untuk membuat warga tetap berada di rumah dan menutup bisnis mereka, tidak ada penalti bagi mereka yang gagal menerapkan imbauan itu.
Para ahli dan pemimpin lokal telah mendorong terjadinya deklarasi itu, dan 80 persen dari orang yang disurvei TBS, sebuah stasiun televisi publik, menyatakan mendukung rencana itu.
Tujuh negara yang akan terimbas peraturan ini adalah Tokyo, Chiba, Kanagawa dan Saitama, Osaka bagian barat, Hyogo, dan Fukuoka bagian baratdaya. Kebijakan Darurat Nasional akan berlaku setidaknya selama sebulan.
Keputusan memberlakukan darurat nasional sebagian diambil setelah adanya tekanan dari para ahli medis yang memperingatkan adanya peningkatan infeksi COVID-19. Di Tokyo dilaporkan terdapat 143 kasus baru pada Minggu (5/4), meskipun jumlah kasusnya jauh lebih kecil dibandingkan penambahan kasus baru harian di negara-negara lainnya.
Sejumlah dokter di ibukota negara itu memperingatkan bahwa kota ini sedang berada pada kondisi kritis, karena RS-RS yang ada di sana sudah terisi pasien.
Gubernur Tokyo, Yuriko Koike, yang memperjuangkan diumumkannya darurat nasional, meminta warganya pada Selasa untuk bekerjasama dan membatasi pergerakan mereka. “Ini kemungkinan akan sangat tidak nyaman untuk kehidupan sehari-hari, tapi saya meminta kerjasama kalian karena nyawa adalah taruhannya,” katanya.
Selain meminta warga untuk diam di rumah dan menutup bisnis-bisnis yang menimbulkan kerumunan, batasan ini akan memberikan kesempatan bagi para gubernur untuk menyediakan tempat pengobatan.
Koike direncanakan menjelaskan tentang batasan-batasan yang akan diberlakukan di Tokyo pada sebuah konferensi pers hari ini.
Juru Bicara Pemerintah, Yoshihide Suga mengatakan bahwa transportasi publik tidak akan dibatasi namun akan memberlakukan sejumlah pencegahan untuk menurunkan tingkat kontak antarmanusia secara drastis.
Jepang saat ini melaporkan sebanyak 4.000 kasus terinfeksi dengan 80 kematian. (Diah Dewi/balipost)