Viraguna Bagoes Oka. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Mewabahnya virus corona atau COVID-19 di Indonesia memberikan dampak serius bagi perekonomian nasional. Bali yang mengandalkan pendapatan dari sektor pariwisata paling terpukul akibat COVID-19 ini. Demikian dikemukakan Pengamat Ekonomi, Viraguna Bagoes Oka, Rabu (22/4).

Ia mengatakan ekonomi dan bisnis sangat tergantung pada aspek politik, sosial, pendidikan, dan budaya yang landasan dasarnyaa adalah transparansi, akuntabilitas, kepercayaan dan tanggungjawab. Sehingga, apabila semua aspek menjalankan prinsip yang sama, maka ekonomi dan bisnis bisa berjalan baik.

Baca juga:  Pertumbuhan Ekonomi Bali Tidak Inklusif

Kendati demikian, berbicara kondisi ekonomi dan bisnis secara menyeluruh, tidak bisa dilihat saat ini saja. “Sebab, dibandingkan pada tahun 2018 dan 2019, kita telah diingatkan dan menghadapi terbulensi ekonomi global,” katanya.

Bahkan, pertumbuhan ekonomi nasional tertekan di bawah 4 persen. Namun, pada saat itu pemerintah masih lalai. Sehingga, pada saat terdampak pandemi COVID-19, ekonomi nasional berada pada titik komplikasi atau stadium 4 ditingkat dunia. “Karena kondisinya (ekonomi nasional-red) komplikasi, maka Bali paling tertekan karena 70 persen pendapatan Bali bergantung pada pariwisata,” ungkap Viraguna.

Baca juga:  Melasti di Tengah Pandemi, Utamakan Tatwa Tanpa Meninggalkan Tradisi

Kendati demikian, pihaknya optimis ekonomi nasional dan Bali pada akan segera pulih. Meskipun banyak tekanan, tetapi masih banyak peluang yang bisa dibangkitkan.

“Asalkan kita mau cermat dan komit untuk melakukan langkah-langkah awal. Relaksasi kepada UMKM itu bagus, tapi support untuk likuiditas ini menjadi mendesak sekali. Itu yang tidak dilakukan oleh pemerintah, karena pemerintah banyak prioritas,” tegasnya.

Lebih jauh dikatakan, 3 prioritas utama pemerintah dalam menghadapi Pandemi COVID-19, yaitu memutus rantai penyebaran COVID-19, jaring pengaman sosial, dan memberikan relaksasi kepada pelaku UMKM. Namun, untuk membangkitkan kembali ekonomi nasional, pemerintah harus memback-up dunia keuangan dan perbankan untuk mensupport prioritas ketiga, yaitu relaksasi dalam bentuk kredit likuiditas. “Ada surat berharga dijual yang saya perkirakan seharga Rp 2.000 triliun untuk segera mensupport semua lembaga keuangan untuk merelaksasi dan membantu dunia UMKM supaya tetap bisa bertahan,” katanya. (Winatha/balipost)

Baca juga:  Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan II Melambat, Dua Sektor Ini Masih Terakselerasi
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *