ROMA, BALIPOST.com – Warga Italia akan diizinkan berjalan-jalan dan mengunjungi kerabat mereka untuk pertama kalinya pada Senin (4/5) ini setelah mengalami penguncian (lockdown) selama 9 minggu. Dikutip dari AFP, masa penguncian dari negara yang terdampak paling parah akibat COVID-19 di Eropa itu, merupakan yang terpanjang di dunia.
Empat juta orang, diperkirakan sekitar 72 persennya adalah laki-laki, akan kembali bekerja di sejumlah proyek dan pabrik seiring mulai ditatanya kehancuran perekonomian negara itu karena wabah COVID-19.
Restoran yang berhasil melalui krisis terburuk yang pernah dialami Italia selama bergenerasi-generasi akan buka kembali untuk layanan pesan antar saja.
Namun, bar dan toko es krim masih akan tetap tutup. Penggunaan transportasi publik akan dibatasi dan semuanya harus menggunakan masker di dalam ruangan untuk publik.
“Kami merasa campur aduk antara kebahagiaan dan ketakutan,” kata Stefano Milano (40) yang tinggal di Roma.
Ia mengaku akan ada kebahagiaan bisa kembali berjalan-jalan bebas. Terlebih, bagi anak laki-lakinya yang bisa mengundang saudara sepupunya untuk merayakan ulang tahun. Juga baginya yang bisa bertemu dengan orangtuanya. “Namun kami juga agak ragu karena mereka (orangtuanya, red) sangat tua dan ayah mertua saya memiliki kanker sehingga berisiko tinggi.”
Wuhan, kota di Tiongkok yang merupakan lokasi awal munculnya virus itu di Desember 2019, memulai upaya karantina wilayah pada 23 Januari dan berlangsung selama 76 hari.
Berminggu-minggu kemudian, Italia mengikuti dan menjadi negara barat yang pertama menerapkan kebijakan penguncian wilayah setelah mengalami wabah yang total kematiannya hingga saat ini dilaporkan mencapai 28.884 orang, tertinggi di Eropa.
Kehidupan warga Italia mulai dihentikan setelah adanya sejumlah kasus infeksi di provinsi sekitar Milan yang tidak bisa dikontrol.
Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte mulai melakukan penguncian di wilayah industrial sebelah utara pada 8 Maret 2020.
Kemudian, karena adanya kekhawatiran warga di utara berpindah ke selatan yang memiliki sistem pelayanan kesehatan yang jauh lebih lemah membuat PM Italia memutuskan melakukan penguncian wilayah secara nasional pada 9 Maret 2020.
Kebijakan makin diperketat setelah ratusan kasus kematian terjadi tiap hari. Hampir seluruh bisnis tutup, kecuali farmasi dan toko bahan pangan pada 12 Maret 2020.
Kemudian, pada 22 Maret seluruh pabrik yang produksinya tidak mencakup bahan pangan dan penting bagi kehidupan warga, ditutup.
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan karena penguncian wilayah itu sangat besar. Perekonomian Italia, yang merupakan ketiga terbesar di Zona Eropa pada tahun lalu, diperkirakan akan mengalami koreksi lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sejak depresi global pada 1930an.
Setengah dari angkatan kerja menerima bantuan dari negara dan sejumlah yang sama mengatakan pada sebuah survei bahwa mereka khawatir menjadi pengangguran. Dan mereka yang sudah menjadi pengangguran menyatakan tidak seluruhnya percaya akan kemampuan Conte dalam memandu negara itu ke luar dari krisis ini.
“Saya sangat khawatir dengan pembukaan kembali ini. Pihak berwenang sepertinya tidak memiliki keyakinan untuk melangkah maju,” kata Davide Napoleoni.
Dibukanya kembali Italia setelah masa penguncian cukup menyulitkan karena sistem desentralisasi yang dianut. Keduapuluh negara bagian memiliki kebijakan masing-masing untuk memulai kehidupan normalnya.
Misalnya, di Venesia dan kawasan sebelah selatan Calabria, mengizinkan bar dan restoran beroperasi dengan melayani pembelian makanan dan minuman tapi konsumen makan di luar, sejak seminggu lalu.
Di wilayah sekitar Genoa, pemerintahnya akan mengizinkan sekumpulan orang dalam jumlah kecil untuk berlayar dan akan membuka kembali pantai. (Diah Dewi/balipost)