DENPASAR, BALIPOST.com – Ratusan dokter berkumpul di Lapangan Parkir RSUP Sanglah Sabtu (17/6). Para dokter tergabung dalam Forum Stovia (School tot Opleiding van Indische Artsen) Bali itu dengan lantang menyerukan bahwa mereka adalah Dokter Bhineka Tunggal Ika (DBTI). Gerakan DBTI dilakukan sebagai bentuk ekspresi kepedulian para dokter Indonesia terhadap situasi bangsa dan negara akhir-akhir ini.
Ketua Forum Stovia Bali, Prof. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And. mengatakan, gerakan DBTI ini di mulai dari Gedung Stovia atau Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta. Ada sekitar 60 guru besar dan 500 dokter dan dokter gigi terlibat. Gerakan itu kemudian meluas ke seluruh Indonesia termasuk Bali. “Kami menyadari berdasarkan beberapa peristiwa yang terjadi, ada ancaman terhadap NKRI, UUD 1945, dan kebhinekaan kita,” ujarnya.
Itulah yang membuat para dokter yang selama ini dianggap silent majority, merasa tidak bisa diam lagi. “Dokter bukan silent majority. Selam ini kami diam, mungkin karena kesibukan atau menghindari konflik. Namun sampai sekarang kami masih selalu saling kontak dengan dokter di seluruh Indonesia,” tegasnya.
Pada masa perang merebut kemerdekaan dulu, para dokter juga ikut berperang. Tokoh dokter pada jaman merebut kemerdekaan seperti dr. Cipto Mangunkusumo, dr. Sutomo, dan lainnya.
Para dokter Indonesia masa kini tidak rela membiarkan empat pilar kebangsaan Indonesia terancam. “Maka kami bertekad mengambil peran untuk mempertahankan dan lebih membangkitkan kesadaran seluruh warga bangsa dalam menegakkan empat pilar kebangsaan,” tegasnya.
Selanjutnya untuk melakukan peran intelektual itu, gerakan DBTI akan menggema ke seluruh Bali dan Indonesia. Ia akan bergerak bersama teman-teman sejawat menyebarluaskan dan menguatkan kebhinekaan sambil menjalankan profesinya sebagai dokter.(citta maya/balipost)