MANGUPURA, BALIPOST.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali mengadakan pertemuan penggalangan komitmen pelaksanaan gerakan masyarakat hidup sehat di daerah. Pertemuan berlangsung dari tanggal 5 – 7 Maret dihadiri berbagai stakeholder seperti Bappeda, PKBI, BPJS Kesehatan, PKK, Dinas Pendidikan, para media, dan lainnya.
Menurut Kabid Kesmas Dinkes Bali, dr. Adi Wiguna, dalam pertemuan tersebut selama 3 hari akan diberikan pemaparan tentang kebijakan kesehatan Provinsi Bali, regulasi terkait dengan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat).
Kebijakan Germas dari Kemenkes tahun ini fokus pada 3 yaitu aktivitas fisik, perbanyak makan sayur dan buah, dan cek kesehatan. Hal itu bertujuan untuk mencegah penyyakit tidak menualr seperti stroke, jantung, hipertensi, dan kanker.
Output yang diharapkan adalah adanya komitmen dan dukungan dari stakeholder. Diharapakan mereka mengambil peran masing-masing di lintas sektor untuk mempromosikan, mengedukasi dan memberdayakan masyarakan terkait dengan Germas.
“Kalau semakin banyak sektor yang diajak terlibat, semakin cepat target germas tercapai,” ujarnya.
Khusus pada aktivitas fisik, diakui baru beberapa kabupaten yang melaksanakan program. Misalnya Car Free Day (CFD) baru dilakukan Denpasar, Gianyar, Klungkung, Buleleng.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya, MPPM mengatakan, ada dua prioritas program pembangunan kesehatan yaitu PISPK (Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga) dan Germas.
Anggaran kesehatan banyak dihabiskan untuk pengobatan yaitu 80 persen. Sedangkan 20 persen untuk upaya preventif. Maka dari itu upaya preventif digencarkan. Upaya preventif melalui dua pendekatan yaitu PISPK dan Germas.
“PISPK adalah upaya generik yang dilakukan oleg petugas kesehatan khususnya di puskesmas. Semua tenaga Puskesmas di Kabupaten harus turun bergerak melakukan pendekatan keluarga,” tegasnya.
Dengan begitu, dapat menurunkan angka kesakitan ibu, bayi, penyakit tidak menular, menular diharapkan dapat diminimalisir bahkan tidak ada.
“Sehingga diharapkan puskesmas sepi. Bukan sebaliknya, jangan bangga kalau puskesmas ramai. Suatu pembangunan kesehatan bisa dilihat dari kunjungan ke faskesnya. Jangan banga kunjungan tinggi karena itu tidak artinya tidak berhasil,” tegasnya.(citta maya/balipost)