Trisno Nugroho. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Presiden Joko Widodo mengatakan agar masyarakat hidup berdampingan dengan Covid-19. Hal ini pun didukung oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Bali Trisno Nugroho. Menurutnya Indonesia dan Bali khususnya tidak mampu hidup dengan pembatasan aktivitas. Namun jika pemerintah daerah Provinsi Bali telah mampu mengendalikan Covid-19, yang perlu diwaspadai ke depannya adalah second wave, dengan adanya seruan new era atau next era.

“Kita tidak berharap ada second wave, tapi ketika nantinya Indonesia dan Bali dibuka, aktivitas ekonomi dibuka, maka perlu diwaspadai second wave dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat,” ujarnya Senin (18/5) .

Bali harus mempersiapkan diri untuk menyambut new era gaya hidup. Karena Indonesia dan Bali tidak selamanya mampu lockdown. Memang, digitalisasi bisa dilakukan, tapi hasilnya tidak sebesar offline.

Baca juga:  Hingga 60 Persen Masyarakat Indonesia Terpapar Hoaks

Untuk menyambut new era, penyelamat ekonomi kedua harus dikuatkan dan digarap lebih optimal. Petani difasilitasi, diberikan bibit dan didampingi penanamannya. Kemudian setelah panen, dibantu pemasarannya.

Sementara para eksportir didorong produksinya, transportasi dan logistik. Ia pun sedang melakukan maping eksportir yang perlu didorong. Konsumsi rumah tangga dibantu dengan bansos mengingat konsumsi rumah tangga penyangga ekonomi terbesar dari sisi pengeluaran.

Ia juga meminta pemda mewaspadai ketahanan pangan. Hasil koordinasinya dengan lintas sektor, bahan pangan cukup sampai Desember.

Pariwisata yang merupakan sumber ekonomi utama Bali dalam menyambut new era juga harus menerapkan SOP baru. Menurutnya, minat masyarakat di seluruh dunia untuk bepergian masih kuat. Bali memiliki kesempatan untuk mendapatkan peluang tersebut. Namun membuka akses pariwisata harus berhati – hati seperti yang dilakukan Australia dan New Zealand yang disebut travel bubble strategy.

Baca juga:  BNNP Rilis Kasus, Dari WN Malaysia hingga Penyuluh KB Ditangkap

“Dua negara tersebut bekerjasama untuk saling mengunjungi. Kita juga siapkan pariwisata kita mulai dari bandara, transportasi, hotel, food and beverage, sektor informal (souvenir), DTW, fasilitas kesehatan, mall, SDM nya harus disiapkan SOP baru, ditraining kemudian juga diaudit. Kita harus siapkan dengan lifestyle baru, ketika Indonesia dan Bali ini dibuka,” bebernya.

Dalam new era ini juga perlu disiapkan sistem pembayaran non tunai dan di Nusa Dua dikatakan 99 persen telah siap dengan non cash. Non cash ini juga merupakan kesiapan menyambut era baru mengingat adanya penyebaran virus melalui uang.

Baca juga:  Kudus dan Bangkalan Hadapi Lonjakan Kasus COVID-19, Pemda Diminta Perketat Disiplin Prokes

Lanjut Trisno, kunjungan wisatawan yang datang pada Januari 2020 lebih besar dari 2019. Begitu juga Februari 2020 dibandingkan 2019. Namun yang terjadi triwulan I 2020, ekonomi Bali tumbuh minus. Hal ini membuatnya bertanya- tanya penyebab minusnya pertumbuhan ekonomi. Ia menduga penurunan ekonomi minus karena wisata MICE dihentikan sejak China menutup diri pada Februari lalu.

“Mungkin MICE menjadi penyumbang terbesar di Bali. Sepertinya mereka yang punya uang , hotelnya bintang 5, food and beverage di dalam, diberikan uang saku oleh lembaga atau perusahaannya. Tapi dua bulan terakhir, sejak MICE tidak ada, terjadi penurunan ekonomi,” ujarnya. (Citta Maya/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *