DENPASAR, BALIPOST.com – Pemakaian listrik untuk bisnis, industri dan juga pemerintah di Bali mengalami penurunan selama masa pandemi COVID-19. Mengingat sejak bulan Maret, sudah diberlakukan kebijakan work from home atau bekerja dari rumah.
Kemudian pada akhir Maret, hampir seluruh industri pariwisata di Bali tutup. “Ini akan berdampak pada penjualan PLN sampai akhir tahun 2020,” ujar General Manager PT PLN UID Bali, I Nyoman Suwarjoni Astawa saat ditemui di Jayasabha, Denpasar, Rabu (20/5).
Secara keseluruhan, lanjut Suwarjoni, pemakaian listrik di Bali turun hampir 19 persen. Kontribusi paling besar dari segmen bisnis yang turun hampir 22 persen.
Di sisi lain, memang ada kenaikan pemakaian listrik di segmen rumah tangga sekitar 12 persen karena kebijakan bekerja dan belajar dari rumah. Akan tetapi, kenaikan di segmen rumah tangga masih belum cukup untuk mengembalikan beban puncak.
“PLN memiliki 3 skenario, pertama, skenario optimis dimana kita berharap Juli ekonomi di Bali mulai menggeliat. Tapi itupun tidak akan mengembalikan beban puncak kami seperti tahun 2019,” jelasnya.
Menurut Suwarjoni, akan sulit pula untuk mencapai beban puncak yang pernah diraih pada Januari 2020 sebesar 980 MW. Selama masa COVID-19, khususnya April lalu, beban puncak maksimum hanya 660 MW. Dengan kata lain, turun 300 MW.
Jika bulan Juli pandemi berakhir, kemungkinan beban puncak sampai akhir tahun tidak akan sampai 900 MW.
“Perkiraan kami 860 MW. Bahkan kalau risiko moderatnya (pandemi) baru berakhir sampai akhir tahun, growth penjualan kita tahun ini akan turun hampir 9 persen,” imbuhnya.
Suwarjoni berharap pandemi COVID-19 dapat segera diatasi bersama. Kemudian pariwisata Bali bisa kembali pulih seperti sebelumnya. (Rindra Devita/balipost)