DENPASAR, BALIPOST.com – Sejak dulu minyak zaitun dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Minyak zaitun mengandung berbagai macam vitamin dan berbagai macam mineral seperti, kalsium, zat besi, sodium, dan potasium.
Namun tahukah Anda, dengan mengonsumsinya secara rutin bisa juga bermanfaat bagi kecerdasan otak? Dikutip dari berbagai sumber, sebagian besar otak tersusun dari asam lemak sehingga minyak zaitun bisa dijadikan makanan otak yang berguna untuk meningkatkan konsentrasi dan daya ingat.
Selain itu, minyak zaitun juga bermanfaat dalam membantu mencegah melemahnya kemampuan kognitif yang biasanya dipicu oleh stres oksidasi maupun ADDL (jenis protein beracun yang menjadi penyebab demensia atau Alzheimer).
Sebuah studi lanjutan yang dilakukan Dr. Samût dari Universitas Harvard, AS, tentang manfaat minyak zaitun menemukan bahwa nilai gizi yang terkandung dalam minyak zaitun dapat berpengaruh positif dalam melindungi tubuh dari kanker lambung.
Tak hanya studi tersebut, dalam Journal of Alzheimer, disebutkan bahwa minyak zaitun mampu meningkatkan ketajaman memori seseorang, menetralisir gangguan pada otak dan mencegah risiko alzheimer di usia senja.
Bahkan sebuah studi mengungkap mengonsumsi makanan yang mengandung ekstrak minyak zaitun melindungi otak hingga tua. Dalam studi uji coba yang dilakukan pada tikus dengan gejala akan memiliki Alzheimer yakni ada kerusakan ingatan serta penumpukan protein di otak atau plak amiloid, menunjukkan ada manfaat positif usai mengonsumsi suplemen yang mengandung ekstrak minyak zaitun selama enam bulan.
Pada tikus yang diberi makanan mengandung ekstrak minyak zaitun tampak memperlihatkan hasil tes otak yang baik. Mulai dari daya ingat dan memori spasial. Serta tampak pengurangan pembentukan plak amiloid. Tak hanya itu, terjadi pula peningkatan hubungan antara saraf-saraf di otak tikus.
Menurut peneliti dari University of Temple, Amerika Serikat, mengonsumsi minyak zaitun membantu mengurangi peradangan di otak. Selain itu merangsang hadirnya prosesautophagy atau suatu kondisi yang membuat sels-sel rusak menjadi sehat kembali dan racun serta plak terdorong keluar. “Bila sel-sel mampu mendorong plak dan hal buruk lainnya keluar, cenderung mengurangi risiko terjadi Alzheimer,” kata peneliti.
Namun, penelitian ini masih dilakukan pada tikus. Sehingga sulit diklaim hasil ini bisa diaplikasikan pada manusia atau tidak. (Goes Arya/balipost)