Sugi Lanus. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Geliat budaya, khususnya seni sastra dan seni lainnya, jangan sampai terhenti dan tidak punya strategi dalam situasi pandemi. Pemerintah dan masyarakat harus mampu dan merasa optimis menjawab tantangan seperti sekarang.

Salah satunya caranya dengan tetap menjaga arus perbincangan dan berbagai pengetahuan literasi lewat webinar dan berbagai meeting online yang mencerahkan. Sugi Lanus, penggagas Babar Lontar atau Gerakan Literasi Bali Era Baru menyampaikan hal itu saat Webinar Babar Lontar #2, Literasi Bali Era Baru, bertema ‘’ Membuka Perpustakaan Puri, Pendeta dan Masyarakat di Kabupaten Gianyar’’, Rabu (24/6).

Baca juga:  Tiga Hari Berturut-turut, Kabupaten Ini Nihil Tambahan Kasus COVID-19 dan Cuma Punya 2 Kasus Aktif

Kata Sugi Lanus, lontar perlu masuk dan adaptif mengikuti kemajuan teknologi digital. Terlebih dalam situasi pandemi. “Kita sedang masuk dalam pandemic culture yang memaksa serius mempertimbangkan kembali dan menyusun kembali arah pembangunan dan perencanaan Bali ke depan. Termasuk dalam hal budaya tulis dan baca, atau literasi,’’ ujarnya.

Bali tidak bisa ditangani dengan tutup mata terhadap kemungkinan berbagai pandemi lain yang bisa muncul tidak terduga di masa depan. Jangan sampai Bali ‘’mati kutu’’ dalam situasi pandemi.

Baca juga:  Dua Varian Utama COVID-19 Merebak di China Terdeteksi di Malaysia

Pemikiran dan keterbukaan pikiran harus tetap terjaga ruangnya. Ada ruang-ruang berkumpul yang saling memberi semangat secara virtual. ‘’Inilah kenapa perlu Gerakan literasi Bali era baru. Tujuannya tetap menjaga oase dan memberi oksigen pemikiran dan ruang membahas kearifan leluhur Bali, terkhusus dari khazanah lontar-lontar leluhur. Jangan sampai tradisi ini tersumbat karena situasi pandemi.’’ ujarnya.

Tahun 1980-an era muncul HT dan intercom, di desa-desa, pesantian tumbuh dengan memakai sarana ini. Lalu ada telepon dan siaran radio.

Baca juga:  Segera Di-SP3, Lakalantas Indra Navicula

Pesantian mengudara lewat siaran langsung, penyanyi atau juru tembang dan juru baos (penterjemah) berada di rumah masing-masing nembang dan komunikasi saling jawab, disiarkan langsung oleh radio-radio. Sekarang perkembangan teknologi memungkinkan pesantian bisa masuk webinar atau meeting lewat berbagai aplikasi dan bisa disiarkan langsung di Youtube dan Facebook. “Lewat Babar Lontar ini masyarakat didorong ke arah sana untuk cerdas sesuai konten kearifan lokal memanfaatkan kemajuan teknologi,” katanya. (Subrata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *