DENPASAR, BALIPOST.com – Di tengah pandemi COVID-19 yang memaksa ruang gerak masyarakat serba terbatas, tidak menyurutkan produktivitas Kepala LLDikti Wilayah VIII Bali-Nusra Prof. Dr. I Nengah Dasi Astawa, M.Si. untuk berkarya. Bahkan, dalam situasi ini Prof. Dasi Astawa mampu menciptakan lima buah karya buku dalam dua bulan.
Hal ini dilakukannya untuk mendorong para tenaga pengajar (dosen) di perguruan tinggi agar memaknai pandemi COVID-19 dengan sebuah karya tulis. Minimal menghasilkan karya buku.
Bagi Dasi Astawa, pandemi COVID-19 tidak hanya sebagai musibah, namun juga dimaknai sebagai sebuah berkah agar hidup tetap sehat (healthy), bahagia (happy) dan harmoni. Oleh karena itu, selama imbauan agar tetap dan belajar bekerja dari rumah, ia mengajak anak-anaknya untuk mengarang buku.
Alhasil, dalam dua bulan dirinya mampu menghasilkan lima buah karya buku. ‘’Di masa COVID-19 kita harus produktif, efektif, dan selektif. Tidak boleh kita ngawur, tetapi benar-benar tetap produktif,’’ ujar Dasi Astawa dalam wawancara Bali Post Talk, Jumat (26/6).
Dasi Astawa melihat pemerintah bersama masyarakat Bali sangat baik dalam menghadapi dampak pandemi COVID-19. Baik dari aspek pendidikan, kesehatan maupun aspek kreativitas.
Namun, yang perlu dilakukan saat ini adalah memotivasi para SDM muda agar lebih tergerak dan semangat dalam menyongsong tatanan kehidupan normal baru (new normal). Pihaknya berharap agar masyarakat, terutama generasi muda, dalam mengkritik kebijakan pemerintah harus berdasarkan data dan informasi valid yang sifatnya membangun.
Apalagi kalau sampai menyalahkan kebijakan pemerintah, harus bisa memberikan solusi baik, dan memikirkan dampak ke depannya. ‘’Saya melihat apa yang dilakukan duet maut Gubernur bersama Wakil Gubernur Bali dalam penanganan COVID-19 sangat baik, apalagi sudah diapresiasi oleh pemerintah pusat. Terkait ada sedikit kelemahan, itu hal yang biasa, karena tidak mungkin semuanya bisa dilakukan sempurna,’’ ujarnya.
Dalam menyongsong tatanan kehidupan normal baru, kata Dasi Astawa, pihaknya berharap agar pembangunan di segala sektor (primer, sekunder dan tersier) diseimbangkan. Bahkan, antara sektor pariwisata, pertanian, sosial dan budaya tidak saling meniadakan. Namun, saling melengkapi dan menyeimbangkan untuk kemajuan Bali ke depannya. (Winatha/balipost)