Hilmar Farid. (BP/Istimewa)

GIANYAR, BALIPOST.com – Memori kolektif (collective memory) atau ingatan pada kesejarahan wabah dan kearifan serta pengalaman sejarah masyarakat Nusantara itu penting dibangkitkan dalam menghadapi pandemi. Sehingga, masyarakat masa kini bisa belajar dari upaya yang dilakukan pada zaman dulu itu.

Menurut Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud, RI Dr. Hilmar Farid informasi tentang penanganan pandemi pada masa lalu, cukup bervariasi. Seperti tertuang dalam naskah, jejak patologi pada sisa jasad manusia, peralatan yang digunakan dalam menangani penyakit, tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit, relief candi yang memvisualkan tentang penyakit dan cara menanganinya, dan tradisi lisan.

Baca juga:  Desa Adat Pecatu Perbaiki Meru Tumpang Tiga di Pura Uluwatu

Dari sisi linguistik, ada istilah yang digunakan untuk memberi nama penyakit, nama orang yang melakukan penyembuhan dan situasi yang dialami. Menurutnya, semua informasi masa lalu itu penting, membantu menghadapi pandemi.

Lebih lanjut dijelaskan sumber-sumber itu memperlihatkan bahwa wabah adalah sebuah peristiwa penting, bagian dari memori kolektif. Memori kolektif ini penting dijadikan kekuatan dalam menghadapi pandemi dan epidemi.

Ia mengatakan pelajaran penting masa silam dan warisan kekuatan serta ketahanan masyarakat dalam menghadapi wabah menjadi sangat perlu dibangkitkan. Harus ada usaha ke arah membangun dan mengembangkan wellness atau kesehatan lahir batin dalam situasi pandemi ini.

Baca juga:  PPR Pandemi, Belasan Negara Komit di FIF

Terkait dengan penyakit menular di masa lalu, kata Hilmar Farid, ada situs yang menggambarkan hal itu yakni situs Gua Harimau. Situs itu menyimpan sisa jasad manusia dalam jumlah yang cukup banyak. “Ini memperlihatkan bahwa masyarakat masa lalu telah menghadapi berbagai penyakit menular seperti TBC, lepra dan sebagainya,” ungkapnya. (Subrata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *