DENPASAR, BALIPOST.com – Sejak kecil, sosok Wayan Koster telah merasakan pahit-getirnya kehidupan. Lahir di Sembiran, desa terpencil di Buleleng pada 58 tahun lalu dari keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan, segala tantangan dan masalah telah dilewati sampai akhirnya kini menjabat sebagai orang nomor 1 di Bali.
Koster percaya bahwa bimbingan, tuntunan, dan perlindungan dari Ida Batara Sesuhunan-lah yang membuatnya bisa melewati jalan hidup terjal itu. “Astungkara, semua itu sudah dilewati. Saya bisa bersekolah, terus ada orang yang membantu, kemudian sampai kuliah, bekerja, bisa terpilih menjadi anggota DPR tiga periode,” ujarnya dalam Dialog Khusus ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ yang akan tayang di Bali TV, Rabu (1/7) hari ini. Acara ini terselenggara berkat kerja sama Pemprov Bali, Sampoerna Untuk Indonesia, Yayasan Dharma Naradha, Bali Post dan Bali TV.
Saat maju sebagai calon Gubernur Bali, Koster mendapat tugas dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Prananda Prabowo. Ketika akhirnya terpilih menjadi gubernur, ia pun berkomitmen untuk mendedikasikan diri secara penuh.
Ngayah total sekala niskala untuk membangun Bali dengan visi ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’. Di belakangnya ada dukungan sang istri, Ni Putu Putri Suastini, yang selalu membimbing dan menjaganya.
Bahkan, ikut memberi motivasi dan semangat untuk menjalankan tugas sebagai gubernur dengan baik. “Istri saya mengatakan, sudah jadi gubernur sekarang harus fokus, tulus, lurus. Itulah sesuai dengan prinsip saya ngayah secara total, lascarya sekala niskala. Apa lagi yang dicari dalam hidup,” katanya.
Menurut Koster, visi ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ dikerjakan sungguh-sungguh untuk menata pembangunan Bali secara fundamental dan komprehensif. Diawali dengan menyusun regulasi berupa 14 perda dan 23 pergub.
Seluruh pergub dikatakan sudah selesai. Sedangkan perda, empat di antaranya sedang berproses.
Seluruh regulasi yang menjadi landasan membangun Bali tersebut ditarget rampung Juni ini. “Juli rencananya melakukan suatu langkah aksi. Ternyata dalam proses ini, kita mengalami peristiwa pandemi Covid-19,” imbuhnya.
Koster pun mengambil hikmah positif dari munculnya pandemi sebagai suatu momentum terbaik untuk mengawali suatu tatanan kehidupan era baru sesuai visi ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru. Bali era baru merupakan suatu era yang ditandai dengan tatanan kehidupan baru yang holistik mencakup tiga dimensi.
Yakni, menjaga keseimbangan alam, manusia dan budaya Bali (genuine Bali), memenuhi kebutuhan, harapan dan aspirasi krama Bali dalam berbagai aspek kehidupan, serta mengantisipasi munculnya permasalahan dan tantangan baru yang berdampak positif atau negatif bagi kehidupan masyarakat Bali dalam skala lokal, nasional maupun global. “Tiga dimensi ini menjadi satu komponen Bali era baru yang saya rancang sejak 2016 lalu ketika saya belum menjadi gubernur,” ungkapnya.
Koster meyakini, munculnya pandemi mempercepat titik keseimbangan dari negatif menuju nol. Disebut negatif karena Bali sebelumnya penuh masalah dengan adanya kerusakan alam, manusia dan budaya Bali. “Pandemi Covid-19 adalah siklus alam yang harus dimaknai secara positif sebagai momentum untuk menuju tatanan kehidupan Bali era baru,” tegasnya. (Rindra Devita/balipost)