DENPASAR, BALIPOST.com – Kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Bali masih menunjukkan tren peningkatan. Di samping itu, tingkat kesembuhan dari pasien juga makin lama.
Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, per Selasa (30/6), jumlah kasus aktif COVID-19 di Bali mencapai 681 orang atau 45,61 persen dari kumulatif kasus positif. Sedangkan, pasien sembuh mencapai 763 atau 53,45 persen.
Kendati demikian, Pemprov Bali belum berencana untuk membuat Rumah Sakit (RS) Darurat Penanganan COVID-19. Namun lebih mengoptimalkan kapasitas di RS rujukan dan tempat karantina yang ada.
“Mudah-mudahan tidak (tidak sampai membuat RS darurat, red). Kita optimalkan tempat karantina,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya dikonfirmasi, Rabu (1/7).
Menurut Suarjaya, sejumlah tempat karantina yang disiapkan Pemprov Bali untuk merawat pasien positif tanpa gejala (OTG) berkapasitas 600 tempat tidur. Saat ini, 430an tempat tidur sudah terisi. Sedangkan di RS, tempat tidur yang disiapkan pada semua RS rujukan berjumlah 455. Perkembangan terakhir masih tersisa 130an tempat tidur di RS untuk merawat pasien positif dengan gejala.
“Masih terkendali dengan sirkulasi penanganan yang bergejala di RS, tanpa gejala di tempat karantina. Dengan cara itu bisa kita kendalikan,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan, hasil tracing selama ini lebih banyak menemukan OTG positif COVID-19. Konsekuensinya, mereka dirawat di tempat karantina karena OTG dalam keadaan sehat atau tanpa gejala. Oleh karena itu, tempat karantina untuk OTG sudah terus ditambah yang awalnya hanya disiapkan di Bapelkesmas. Kini sudah bertambah di Wisma BPK Pering, Wisma Bima I dan II, serta dua hotel.
“Dari hari ke hari jumlahnya meningkat terus. Tetapi tidak usah khawatir, perintah untuk melakukan tracing masif terus dilakukan. Kalau ini kurang, kami sudah punya cadangan (tempat karantina) berikutnya,” ujarnya.
Menurut Dewa Indra, pasien di tempat karantina relatif lebih cepat sembuh. Lantaran dalam kondisi sehat, mereka diajak berolahraga, berjemur, serta diberikan madu dan suplemen agar cepat negatif COVID-19. Berbeda dengan yang dirawat di RS karena memang dalam kondisi sakit. Sekda Provinsi Bali ini menyebut tingkat kesembuhan kini melambat karena COVID-19 sudah mulai menjangkiti para manula atau lansia. Terutama yang ditularkan oleh para OTG. Hal ini dikatakan tidak bisa dianggap remeh. Oleh karena itu, pihaknya menekankan agar masyarakat tetap disiplin melakukan protokol pencegahan COVID-19.
“Kalau terinfeksi yang muda-muda, imun kita kuat, positif tapi cepat sembuh, ini OTG. Tapi begitu menyasar manula, ini menimbulkan sakit. Ketika dibawa ke RS, masa sembuhnya menjadi lama karena imun mereka kan sudah lemah,” jelasnya. (Rindra Devita/balipost)