MANGUPURA, BALIPOST.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) berambisi menjadi yang terbesar di Asean tahun 2020. Hal itu dilandasi, dari 250 juta penduduk Indonesia, di atas 40 persennya merupakan anak muda produktif.
GDP (gross domestic product) Indonesia secara total, terbesar di Asean. Jadi tidak ada alasan BEI tidak bisa menjadi yang terbesar di Asean. “Ambisi itu 2 tahun lalu tidak terlihat, tapi saat ini likuiditas aktivitas transaksi kita sudah 4 kali dari Singapura, 2 kali Malaysia, hampir sama dengan Thailand,” kata Tito Sulistio, Direktur Utama BEI, Jumat (30/6).
Sementara itu, besaran pasar BEI hanya kalah oleh Singapura. Sehingga ia optimis ambisi tersebut tercapai. Apalagi semua target-targetnya telah tercapai menuju kesana.
Indeks BEI terbesar sepanjang sejarah, yaitu 5.800. Ia percaya, jika tahun ini BEI tumbuh 15 persen, indeks BEI akan menjadi lebih dari 6.000.
BEI mulai terbentuk pada tahun 1912 namun diaktifkan kembali pada 10 Agustus 1977. Pembentukan BEI bertujuan untuk mobilisasi dana jangka panjang. Tidak hanya untuk perusahaan besar tapi juga perusahaan kecil yang belum besar dan bukan hanya untuk perusahaan di Jakarta tapi perusahaan di seluruh Indonesia.
“Saya mulai roadshow keliling mengajak dan memfasilitasi karena pemerintah punya komitmen besar bahwa perusahaan-perusahaan daerah juga harus mampu mobilisasi dana jangka panjang dan konsepnya adalah bagaimana kita membangun konglomerasi lokal, mempunyai pengusaha lokal yang tangguh. Dan jalannya adalah melalui pasar modal dan bursa efek,” ujarnya.
Roadshow tersebut dilakukan karena investor luar negeri terus bertambah. Tahun ini saja dana yang masuk ke pasar modal positif Rp 20 triliun. Portofolio dari dana pensiun dan asuransi juga banyak direalokasi ke saham.
Ia menuturkan bahwa BEI roadshow keliling Indonesia termasuk Bali, mengajak perusahaan daerah seperti perusahaan Media, Coco Mart, dan pengusaha property agar go public (IPO).
BEI memiliki 27 cabang di seluruh Indonesia bahkan telah memiliki 280 galeri investasi di 270 universitas. Hal itu yang membuat jumlah investor meningkat 30 persen per tahunnya. Selain itu, BEI mempunyai program yuk nabung saham dengan membeli saham Rp 100.000 per bulannya.
Konsep program ini adalah mengajak masyarakat dari saving society menjadi investment society. Kampanye ini telah dimulai sejak tahun lalu.
Untuk program tersebut, animo masyarakat sangat besar. Di Manokwari misalnya, anak-anak sekolah banyak bertanya cara mengikuti program yuk nabung saham. Sedangkan di Bali, pertumbuhan investor lebih besar dari nasional. Namun ia melihat pertumbuhan investor di seluruh Indonesia menunjukkan arah yang positif.
Karena keberhasilan tax amnesty, tata kelola manajemen fiskal membuat cadangan devisa menguat. Saat ini cadangan devisa Indonesia mencapai Rp 1.700 triliun dolar. “Itu salah satu terbesar selama sejarah Republik ini berdiri,” ungkapnya.
Hal itu membuat suku bunga turun, sehingga masyarakat memilih investasi di pasar modal. (Citta Maya/balipost)