DENPASAR, BALIPOST.com – Hiruk pikuk suasana Terminal Ubung, kini sudah tidak seramai lima tahun lalu. Kondisi tersebut akibat banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya, yakni beroperasinya secara penuh Terminal Mengwi yang kini menyandang status tipe A. Sedangkan untuk Terminal Ubung, kini hanya mengantongi status tipe C.
Perubahan status tipe terminal ini diakui Kepala Dinas Perhubungan Kota Denpasar I Gede Astika, Minggu (2/7). Menurutnya, perubahan status tersebut tidak mempengaruhi secara signifikan fungsi dari terminal tersebut. Karena bus-bus AKAP (antar kota antra provinsi) masih bisa singgah atau transit untuk menaikan dan menurunkan penumpang.
Dikatakan Astika, bila terminal dengan status tipe C, bus AKAP tidak wajib masuk terminal tersebut. Berbeda bila menyandang status tipe A. Semua bus AKAP wajib untuk masuk terminal itu untuk menaikan dan menurunkan penumpang. Seperti yang terjadi di Terminal Mengwi, sekarang. “Kalau di Ubung, AKAP masih bisa transit, hanya tidak wajib. Itu yang membedakan,” katanya.
Turunnya status Terminal Ubung menjadi tipe C, kata dia, berdampak pada pengelolaan asetnya. Bila tipe C, maka pemerintah daerah dalam hal ini Pemkot Denpasar berwenang untuk mengelola aset tersebut. Kalau terminalnya tipe A, semua aset dan juga SDM-nya merupakan kewenangan pemerintah pusat. “Jadi untuk Terminal Ubung, asetnya menjadi hak pengelolaan Pemkot,” katanya.
Terkait dengan retribusi, Astika mengakui tidak ada kendala. Bahkan, untuk tahun 2017 ini retribusi dari terminal yang ada di Denpasar dirancang naik. Bila sebelumnya pada 2016 retribusi terminal dirancang Rp 1,7 miliar, kini naik menjadi Rp 1,8 miliar. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar Rp 50 juta atau 2,84 persen.
Sebelumnya, Kepala UPT Terminal Ubung A.A.Eka Putra yang ditemui di ruangannya mengungkapkan suasana terminal kini tidak seramai beberapa tahun lalu. Jumlah penumpang yang semakin menurun, mengakibatkan semakin membuat suasana terminal sepi. Bahkan, pada arus mudik dan arus balik Lebaran kali ini juga mengalami penurunan jumlah penumpang maupun armada.
Astika menambahkan, jumlah terminal di Denpasar mencapai lima buah, termasuk terminal barang. Terminal penumpang terdapat di Ubung, Kereneng, Wangaya, Tegal. Satu terminal, takni di Jalan Gunung Agung telah berubah menjadi pasar. Demikian pula fungsi terminal Wangaya juga sudah menjadi pasar, namun statusnya masih terminal. Banyaknya terminal yang mati suri ini, kata Astika, karena sepinya pengguna angkutan umum. Bahkan, untuk di Denpasar saat ini tidak lebih dari tiga persen dari total masyarakat yang ada di Denpasar. Kondisi ini tidak terlepas dari banyaknya kepemilikan sepeda motor yang cukup tinggi. ‘’Ini tidak terlepas dari banyaknya masyarakat yang beralih dengan angkutan pribadi, terutama sepeda motor,’’ kata Astika. (asmara/balipost)