GIANYAR, BALIPOST.com – Berbagai usaha rumahan kini mulai ditekuni masyarakat. Seperti I Wayan Sudarma yang menjual dan mengolah buah kelapa menjadi beragam produk.
Pria 53 tahun asal Desa Batuan, Kecamatan Sukawati menekuni bisnis mengolah buah kelapa. Sudarma mengaku memiliki kelapa karena memiliki banyak fungsi, mulai dari buah, serabut, termasuk cangkang bisa dimanfaatkan.
Namun selama Pandemi COVID-19 diakui permintaan buah kelapa menurun. Mengingat aktifitas keagamaan dibatasi. “Sebelum COVID-19, pendapatan per hari bisa sekitar Rp 350.000. Sekarang menurun, paling cuma Rp 50.000,” ungkapnya.
Namun, usahanya masih bisa eksis. Sudarma mengaku tetap bersyukur karena saat pandemi ini yang paling laris adalah serabut kelapa.
Hal tersebut sejalan dengan aktivitas masyarakat yang ramai memanggang selama dirumahkan. “Saat ini paling laris sambuk, karena banyak yang manggang di rumah,” jelasnya.
Dikatakan untuk sambuk dijual seharga Rp 5.000 per renteng. Biasanya, satu orang minimal membeli 2 renteng untuk keperluan memanggang. Selain itu, produk olahan kelapa yang tak kalah laris adalah arang batok kelapa.
Dikatakan hampir tidak ada bagian kelapa yang terbuang. “Hanya airnya saja yang terbuang, selebihnya bisa dimanfaatkan,” ujarnya.
Selain menjual kelapa bijian, serabut, dan arang, ia juga mengolah kelapa menjadi minyak tandusan. Proses mengolah minyak tandusan itu dilakukan istrinya, Ni Ketut Jariani.
Tidak hanya itu Sudarma juga menjual pujer atau bibit kelapa. Dikatakan yang biasanya berminat ialah para penghobi bonsai. Per bibit dijual bervariasi, mulai Rp 15.000 hingga Rp 150.000. “Paling langka yang ini, Pujer Nyuh Bulan kembar. Dari seribu kelapa belum tentu ada yang seperti ini,” ujarnya.
Kadang kala, ia juga menerima pesanan Nyuh Mulung, Nyuh bojog, hingga Nyuh Rangda. Menurutnya, ada beragam jenis Nyuh atau kelapa bahkan jika dihitung melebihi 25 jenis. “Hanya yang paham yang tahu fungsi Nyuh Mulung, khasiatnya luar biasa. Untuk mengolesi keris dan pijat. Balian banyak kesini mencari Nyuh mulung atau tanusan nyuh mulung,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)