SEMARAPURA, BALIPOST.com – Salah seorang guru SD yakni Ni Nengah Sri Arini (55) ditemukan tewas bersimbah darah di kamar mandi rumahnya di Br. Tengah, Desa Gunaksa, Dawan, Klungkung, Senin (3/7) pagi. Dugaan sementara, korban yang mengajar di SDN 3 Gunaksa ini tewas bunuh diri dengan cara menggorok leher menggunakan pisau dapur. Pihak polisi kini masih mendalami kasus tersebut. Terlebih suami korban yakni Ketut Rasna (56) masih dalam kondisi syok.
Kapolsek Dawan, AKP Ketut Suadnyana ketika dikonfirmasi mengakui adanya kejadian tersebut. Menurut Kapolsek, korban pertama kali ditemukan bersimbah darah oleh suaminya (Ketut Rasna—red) di kamar mandi sekitar pukul 07.00 wita. Kejadian ini bermula ketika Rasna curiga tidak melihat istrinya di rumah sepulang dari pasar Gunaksa. Karena itu Rasna kemudian mencari istrinya ke pasar Gunaksa. Karena tidak ada di pasar, Rasna kemudian kembali pulang mencari istrinya di sekitar rumah.
ketika dicari di kamar mandi, Rasna kaget melihat istrinya sudah dalam keadaan terlentang dibawah lain bersimbah darah. Karena panik dan syok, Rasna kemudian menghubungi kakak korban yakni I Wayan Arsa Dana (57), yang tinggal di Br. Ulunsuwi, Desa Sampalan Klod, Dawan untuk memberitahukan kejadian tersebut dan menghubungi polisi. “Kita yang mendapat laporan dari keluarganya langsung turun melakukan olah TKP bersama petugas Iden Polres dan petugas Puskesmas,” ujar Kapolsek.
Dari hasil olah TKP dan pemeriksaan petugas Puskesma Dawan II, korban yang telah memiliki lima cucu ini ditemukan sudah meninggal di TKP. Kondisi korban saat itu ditemukan dalam kondisi terlentang. Terdapat luka dibagian leher dan lumuran darah dibagian atas pakaian korban. Disamping tubuh korban juga ditemukan pisau dapur. Namun pihak polisi belum bisa memastikan penyebab pasti kematian korban apakah bunuh diri atau lainnya. Untuk memperjelas kematian korban jenasah korban kemudian dibawa ke RSUD Klungkung.
Sementara pihak polisi juga belum bisa memastikan motif dibalik kejadian tersebut. Mengingat korban hanya tinggal berdua dengan suaminya. Sedangkan ketiga anaknya yang sudah menikah tinggal di Denpasar. Tapi menurut pihak keluarga, korban diketahui memiliki sangat sensitif dan perasa. “Dugaan sementara korban bunuh diri. Tapi kita masih melakukan penyelidikan karena suami korban dan keluarga yang lain belum diperiksa karena syok,” ujar Kapolsek.
Sementara itu pihak keluarga korban sangat terpukul dengan kematian korban. Ditemui dirumah duka, semuanya tidak menyangka kalau korban meninggal se tragis tersebut. Mengingat korban yang berprofesi sebagai guru SD ini kesehariannya terbuka, periang dan seneng bermasyarakat. “Kebetulan saya tinggal di Denpasar. Saya tidak menerima firasat. Dan saya rasa ndak ada persoalan juga selama ini,” ujar salah seorang kerabat korban, Nyoman Sujana ketika ditemui di rumah duka.
Hal senada juga dikatakan salah seorang pegawai TU, Komang Kartini. Selama tugas di SDN 3 Gunaksa, korban dikatakan sangat baik. Bahkan korban sering mentraktirnya atau membelikannya nasi bungkus di sekolah. “Ibu Sri belum ada setahun ngajar disini. Beliaunya merupakan wali kelas IV SD. Malah beliau sangat dermawan, periang dan pinter bergaul. Bahkan sering membelikan nasi saya karena mungkin beliau tahu saya pegawai honor dengan gaji kecil,” ujarnya ketika ditemui di sekolah saat mengambil cap ke ruang guru.
Sementara di rumah sakit, jenasah korban langsung dibawa ke kamar mayat. Hal ini dilakukan mengingat pihak keluarga masih kordinasi untuk melakukan langkah selanjutnya. Apalagi keluarga korban menolak untuk dilakukan otopsi. Tapi dr Made Batubulan yang melakukan pemeriksaan luar mengatakan kalau korban sudah meninggal ketika dibawa ke RSUD sekitar pukul 09.20 wita. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukannya tidak ditemukan adanya tanda tanda kekerasan dialami tubuh korban. Termasuk adanya benda tumpul.
“Dari hasil pemeriksaan, kita hanya temukan luka pada leher depan mendatar dengan lebar lima centimeter dan sedalam otot,” ujar dr. Made Batubulan ketika ditemui di depan kamar jenasah rumah sakit.
Sementara terkait jenasah korban untuk sementara dititip pihak keluarga di kamar jenasah RSUD Klungkung. Hal ini dilakukan mengingat proses penguburan atau lainnya baru bisa dilakukan empat hari kemudian karena ada piodalan di Pura Bukit Buluh, Selasa (4/7) hari ini. “Beliaunya warga Tutuan jadi karena ada piodalan di Pura Bukit Buluh maka prosesnya baru bisa dilakukan empat hari kemudian. Dan pihak keluarga kini masih kordinasi apakah dikubur atau bagaimana,” ujar Bendesa Pekraman Gunaksa, Wayan Merdana. (kmb/balipost)