Tempat sementara penangkaran penyu yang dibuat warga untuk menyelamatkan telur-telur penyu di Pantai Klotok. (BP/Gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Garis pantai di Klungkung dikenal sebagai habitat penyu untuk bertelur. Biasanya di Pantai Tegal Besar, namun karena abrasi, kini penyu dominan memilih bertelur di Pantai Klotok. Belakangan, warga menemukan ribuan telur penyu langka jenis penyu belimbing, penyu hijau dan penyu lekang, di sepanjang pantai. Akhirnya, warga berinisiatif membuat tempat sementara agar telur-telur ini tidak dimakan predator.

Salah satu warga pelestari penyu langka asal Siku, Kamasan, Wayan Sregig, Kamis (16/7) mengatakan ada sebanyak 2.900 butir telur penyu di tempat ini. Telur harus diselamatkan karena rentan menjadi sasaran predator, seperti anjing liar dan burung. Bahkan, ada juga manusia yang mengincarnya. Maka, dia bersama tiga warga lainnya terus memantau aktivitas penyu di sekitarnya. Bila ada yang bertelur, maka telurnya langsung dibuatkan tempat yang bagus. Sehingga ketika menetas, penyunya bisa merangkak menyelamatkan diri ke tengah laut.

Baca juga:  Ombak Pantai Klotok Sulit Diprediksi, Pencarian Masih Nihil Hasil

Temuan sebanyak 2.900 telur penyu langka ini, mulai diselamatkan sejak 19 Juni sampai 28 Juni. Sementara terpaksa dibuatkan tempat sederhana di Pantai Klotok dengan pembatas sederhana. “Dengan cara ini setidaknya telur-telurnya bisa diselamatkan. Selanjutnya, semoga bisa dibuatkan tempat konservasi yang layak oleh pemerintah atau lembaga terkait,” kata Sregig.

Situasi ini rupanya menjadi perhatian Bupati Klungkung Nyoman Suwirta. Dia nampak turun langsung ke lokasi, Kamis (16/7) dan mengumpulkan masyarakat setempat. Kepada warga sekitar, dia mengaku sudah berkoordinasi dengan BKSDA Bali dan Sat Polair Polres Klungkung. Rencananya, telur-telur penyu ini akan dibuatkan tempat penangkaran penyu di sebelah Wantilan Pura Watu Klotok. Selain karena langka dan dilindungi, penyelamatan penyu wajib dilakukan, karena selama ini kegiatan upacara di Bali tidak terlepas dari penggunaan penyu.

Baca juga:  Ada Dua Kelompok, Sasar 4 Provinsi

Selanjutnya Bupati Suwirta menugaskan Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan berkoordinasi dengan warga untuk membentuk kelompok konservasi penyu. Tempat konservasi ini kedepannya diharapkan juga bisa menjadi tempat edukasi dan daya tarik wisata. Sehingga bisa menarik pengunjung. “Dengan dibangunnya tempat konservasi, telur-telur ini nantinya harus jelas berapa ditemukan berapa berhasil menetas dan berapa dilepasliarkan ke laut,” katanya.

Selanjutnya, Bupati berharap telur-telur yang berhasil menetas tidak langsung dilepas ke laut, melainkan bisa dirawat menunggu lebih dewasa. Karena ketika baru menetas, tukik atau anak penyu tersebut rentan akan dimakan predator seperti ikan besar dan burung.

Baca juga:  Dijaga Ketat, Tempat Favorit Banyu Pinaruh Ini Lengang

Sementara petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Agung Kusuma Yuda, mengatakan telur yang ditemukan merupakan jenis penyu yang dilindungi. Pihaknya menegaskan bulan Juni hingga Oktober memang merupakan musim bertelur penyu. Telur yang sudah dikumpulkan supaya ditanam kembali, jika cuaca normal atau panas, akan dibutuhkan 42 hari untuk menetas, jika hujan maka dibutuhkan paling lambat 55 hari. Pihaknya berharap Pemkab Klungkung bisa mewujudkan sebuah tempat konservasi penyu, karena untuk di wilayah Bali Timur belum terdapat tempat konservasi penyu. (Bagiarta/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *