Gubernur Bali, Wayan Koster. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sesuai update Selasa (21/7) sore, tercatat 2.110 pasien COVID-19 telah sembuh. Itu sekitar 74 persen dari jumlah kumulatif 2.856 kasus positif. Sebagian besar pun merupakan orang tanpa gejala.

Pemprov Bali kini menerapkan terapi arak bagi orang-orang dalam keadaan sehat yang terkonfirmasi positif COVID-19 dan dirawat di tempat karantina. Atau istilahnya kasus konfirmasi tanpa gejala atau asimtomatik.

Terapi arak nyatanya sangat efektif mendongkrak angka kesembuhan di Bali.

“Kalau yang baru kena positif, dua hari dilakukan treatment ini, pada hari ketiga di-swab negatif dan sembuh, kita pulangkan,” ujar Gubernur Bali Wayan Koster di Jayasabha, Rabu (22/7).

Menurut Koster, treatment dengan usadha (pengobatan tradisional Bali, red) dengan bahan pokok arak Bali ini hanya diterapkan kepada orang-orang tanpa gejala. Sebelumnya, ia menugaskan peneliti untuk membuat ramuan dengan bahan pokok arak Bali yang didestilasi.

Baca juga:  Johan Budi dan Pendiri PKS Nyaleg Lewat PDIP

Selain itu, ditambah ekstraksi daun jeruk limo dan sedikit minyak kayu putih untuk aroma. Terapi arak ini kemudian diujicoba secara bertahap. “Ternyata sekarang sembuhnya sudah meningkat jauh yang di karantina,” imbuhnya.

Tadinya, lanjut Koster, Pemprov sempat kekurangan tempat karantina seiring dengan bertambahnya kasus positif. Sampai akhirnya menambah hingga tiga hotel, selain di Bapelkesmas, Wisma Bima, dan Wisma BPK Pering.

Lantaran kini jumlah yang sembuh semakin banyak, orang-orang lama di tempat karantina bahkan sudah menuju penghabisan. “Sekarang semua yang di karantina ini dilakukan treatment itu, hanya dengan dihirup, ada alatnya,” jelasnya.

Baca juga:  Kasus Kebakaran di Badung 11 Bulan Terakhir, Dominan Terjadi di Wilayah Ini

Menurut Koster, Pergub No.1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali telah membawa “rejeki”. Pertama, industri arak berkembang menjadi minuman.

Kedua, ternyata arak bermanfaat untuk kesehatan atau usadha. Awalnya, ada 19 sampel yang dilakukan treatment dan hasilnya 15 sampel dinyatakan sembuh.

Hal ini pun terus dimatangkan, yakni dengan menambah lagi sampel menjadi 40, 100 bahkan 200. Hasilnya, hampir 80 persen berhasil sembuh dengan treatment ini.

“Yang membahagiakan saya, sembuhnya itu dari treatment ini yang banyak. Yang melakukan uji laboratorium di Karangasem, Pak Prof. Gelgel. Tapi araknya itu didestilasi secara khusus,” terangnya.

Baca juga:  Begini, Kondisi 21 Ribu WNI di Jerman

Koster menambahkan, treatment usadha menggunakan arak kini sudah matang. Kendati masih digunakan untuk lokal Bali terlebih dulu. Treatment usadha yang diprakarsainya ini pun akan segera dipatenkan.

Saat nanti paten, tentu akan bisa menjadi industri baru berbasis kearifan lokal minuman arak. Jadi arak akan memiliki dua fungsi yakni sebagai industri minuman bersaing dengan soju dan sake, serta untuk kesehatan atau usadha. “Kalau mau coba sekarang tiap hari minum kopi tanpa gula, kasih arak. Tiap pagi saya selalu begitu, makanya fresh terus. Cukup 1 sendok, gak usah banyak,” tandasnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *