I Kadek Darsika Aryanta. (BP/Istimewa)

Oleh I Kadek Darsika Aryanta

Program merdeka belajar adalah program kebijakan baru Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Program ini tentang esensi kemerdekaan berpikir yang harus dilalui oleh para guru sebelum mereka mengajarkannya kepada siswa dan siswi.

Program merdeka belajar ini merupakan program yang sangat ditunggu-tunggu oleh para pendidik. Dengan adanya perubahan yang positif ini diharapkan adanya pergerakan yang signifikan terhadap perubahan pendidikan yang ada di Indonesia.

Sebaik apa pun teknologi pendidikan, kurikulum, infrastruktur pendidikan di sekolah-sekolah tidak ada yang bisa menggantikan peran guru. Untuk itu, guru penggerak bisa menjadi alternatif sebagai trigger perubahan pendidikan yang lebih baik.

Guru penggerak diharapkan bisa mendorong pertumbuhan kelas secara holistik untuk terus menciptakan dan mengawal pencapaian profil belajar siswa menjadi lebih baik lagi. Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) ini diharapkan bisa menggerakkan kemerdekaan belajar siswa karena dengan adanya kemerdekaan belajar siswa akan terjadi transformasi yang sangat dalam pendidikan ke arah yang lebih baik.

Pendidikan guru penggerak dilakukan dengan pendekatan andragogi dan berbasis pengalaman. untuk itulah proses kepemimpinan sangat penting untuk menjadikan seorang guru penggerak ini penting untuk dilakukan.

Melalui PPGP, diharapkan dapat mencetak sebanyak mungkin agen-agen transformasi dalam ekosistem pendidikan yang mampu menghasilkan siswa-siswa yang berkompetensi global dan berkarakter Pancasila. Mampu mendorong transformasi pendidikan Indonesia, peningkatan prestasi akademik siswa mengajar kreatif dan mengembangkan diri secara aktif.

Program guru penggerak merupakan program baru, ini sudah tentu akan mendapatkan berbagai macam kritikan dan juga pandangan yang berbeda dari masyarakat. Untuk menjawab tantangan tersebut, PPGP harus mampu membuktikan dirinya sehingga bisa membawa arah perubahan pendidikan Indonesia menjadi lebih baik.

Baca juga:  Bali Taman Mini Demokrasi

Adanya program ini maka guru penggerak dapat mengembangkan diri dan berkolaborasi dengan guru yang lain secara mandiri. Seorang guru penggerak juga diharapkan memiliki kematangan moral emosi dan spiritual untuk berperilaku sesuai dengan kode etik yang ada. Jangan sampai seorang guru penggerak ini memiliki karakter yang tidak baik.

Seorang guru penggerak juga dituntut mampu merencanakan, menjalankan, merefleksikan dan mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan melibatkan orangtua. Hal ini penting agar proses belajar bisa terjadi secara holistik. Guru penggerak diharapkan juga mampu berkolaborasi dengan orangtua atau komunitas untuk mengembangkan kepemimpinan sebagai upaya mewujudkan visi sekolah yang berpihak kepada siswa serta relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar sekolah.

Harapan adanya PPGP ini adalah mampu mendorong peningkatan prestasi akademik siswa, sehingga peningkatan prestasi yang ada bisa menjadi tolok ukur untuk peningkatan pengelolaan guru penggerak. Selain itu, kualitas pembelajaran yang ada di satuan pendidikan guru penggerak yang bisa menjadi lebih kreatif dan inovatif lagi.

Sehingga mampu menginspirasi teman-teman yang lain agar bisa belajar lebih maksimal lagi. Selain itu, guru penggerak harus mampu mendorong siswa untuk terus berkembang menjadi pelatih atau mentor bagi guru-guru lain untuk pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menjadi teladan bagi ekosistem pendidikan.

Dengan adanya pendidikan guru penggerak ini, maka diharapkan komersialisasi pendidikan bisa lebih ditekan lagi. Karena dikotomi antara dua momen pendidikan antara komersialisasi dan juga pendidikan secara murni harus bisa dipisahkan, karena hal ini bersifat antidialektik, antiepistemologis dan antinatural.

Baca juga:  Transformasi Nilai Baru

Karena bila kedua momen ini dipisahkan tugas pendidikan apa pun tingkatannya menjadi semacam ruang komersialisasi pengetahuan yang dijual dan guru bukan lagi seorang ahli tetapi seorang penjual pengetahuan.

Program guru penggerak sangat berhubungan dengan reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan harus berawal dan berakhir pada guru, sehingga kunci sukses dari pendidikan ini adalah bagaimana guru bisa mengubah dan mentransformasi pembelajaran yang ada di kelas. Pada titik inilah konsep merdeka belajar diterapkan kepada guru penggerak.

Guru ini akan mengajar dengan merdeka tanpa tekanan administrasi yang mengikat di dalam ruangan kelas. PPGP tidak hanya kemerdekaan dari sisi pengelolaan pembelajaran, tetapi bagaimana kebebasan cara berpikir siswa terhadap persepsi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Selama ini pendidikan hanya terkungkung pada aspek administrasi dan juga penilaian yang sangat kaku. Itulah konsep merdeka belajar harus terus dikembangkan dan dipacu oleh guru.

Guru penggerak merupakan kunci sukses reformasi sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Bukan sekadar guru yang baik dan berkualitas melainkan juga guru yang mempunyai kemauan untuk berinovasi melakukan perubahan dalam pendidikan. Dengan adanya guru penggerak ini maka diharapkan lima sampai tujuh tahun ke depan kualitas pembelajaran di Indonesia bisa menjadi lebih meningkat.

Guru yang berkualitas dan berkompeten juga membutuhkan infrastruktur sekolah yang memadai serta keberpihakan politik yang baik. Guru perlu nyaman untuk mendidik siswanya. Politik ibarat awan gelap penghalang yang bisa meredupkan penerangan matahari yang menuju sekolah.

Baca juga:  Bali Antara Budaya dan Budaya Politik

Apabila guru dan juga institusi pendidikan sudah dicampuri dengan adanya kepentingan politik, maka akan mengaburkan kualitas pendidikan itu sendiri. Program pemerintah pusat ini selayaknya dibarengi oleh pemerintah daerah untuk memenuhi kekurangan-kekurangan sarana dan prasarana dan juga ketersediaan guru.

Program guru penggerak ini tentu saja masih perlu juga harus dikritisi. Salah satu kelemahan mendasar adalah sifat gerakannya yang elitis. Jangan sampai guru penggerak yang ada menjadi jumawa dan memosisikan dirinya lebih tinggi dengan rekan guru yang lain. Tak jarang pula banyak yang beranggapan bahwa mereka inilah yang pantas menjadi kepala sekolah nantinya agar sekolahnya menjadi sekolah penggerak karena kemampuan yang menjadi pemimpin yang instruksional. Anggapan ini tentu saja masih perlu dikritisi secara konsepsi.

Belum tentu nanti seorang guru penggerak bisa menjadi kepala sekolah. Lebih dari itu dalam perjalanan kariernya semua guru mahir tertarik pada jabatan ini. Guru yang dihargai dengan insentif dan remunerasi setara dengan kepala sekolah sudah merupakan apresiasi yang luar biasa bagi pemerintah.

Memaksa guru untuk menjadi kepala sekolah bisa kontraproduktif. Kepemimpinan pada hakikatnya adalah tanggapan seorang pemimpin pada persoalan kontekstual jika tujuan organisasi tercapai. Kemampuan memahami konteks tidak merefleksikan praksis guru tersebut dapat menjadi kepala sekolah.

Penulis, Guru Fisika, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN Bali Mandara

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *