Museum Subak sedang melakukan renovasi dan berencana buka kembali pada Agustus 2020. (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Meski telah mengantongi sertifikasi tatanan kehidupan era baru, Museum Subak yang berlokasi di Sanggulan, Kecamatan Kediri, Tabanan sampai saat ini belum dibuka. Ini dikarenakan, museum yang khusus tentang sistem pertanian di Bali ini masih melakukan perbaikan sejumlah bangunan.

Diperkirakan kunjungan baru mulai dibuka kembali pada Agustus. Kepala UPTD Museum Subak Kabupaten Tabanan, Ida Ayu Pawitrani, Senin (27/7), mengatakan selama empat bulan ditutup lantaran wabah COVID-19, pihaknya mengisi kegiatan perawatan koleksi di ruang pameran dan rumah tradisional petani Bali.

Selain itu, juga melalukan perbaikan sejumlah bangunan yang dinilai sudah tidak aman dan nyaman lagi bagi para pengunjung. Mengingat para pengunjung yang datang ke museum tidak hanya untuk melihat berbagai macam koleksi terkait dengan sistem pertanian Bali saja, melainkan juga kegiatan pertemuan lainnya. “Seharusnya kunjungan sudah bisa kami buka, karena sudah mengantongi sertifikat untuk penerapan protokol kesehatan cegah penyebaran COVID-19, tetapi karena ada perbaikan, jadinya ditunda sampai bulan Agustus,” terangnya.

Baca juga:  Agar Tak Jenuh, Pengungsi Diajak Berwisata

Untuk perbaikan yang saat ini masih digarap adalah atap dan lantai bangunan di atas ruang pameran serta ruang audiovisual. Perbaikan dilakukan oleh Kementerian PU melalui Balai Wilayah Sungai Bali Penida. Dana pusat dari Kemedikbud untuk museum subak sama seperti tahun kemarin yaitu DAK untuk kegiatan non fisik.

Dayu Pawitrani mengatakan sejauh ini banyak masyarakat, khususnya mahasiswa, yang terus menanyakan kapan museum akan kembali dibuka. “Ada beberapa yang bertanya karena mereka ingin membuat kegiatan di museum dan adapula yang bertanya karena hendak melakukan penelitian skripsi,” ucapnya.

Baca juga:  Tabanan Hibahkan Lahan di Kawasan Museum Subak

Untuk diketahui, Museum Subak Tabanan memiliki luas 6,28 hektare. Para pengunjung dapat melihat perlengkapan pertanian di Bali secara tradisional, serta fasilitas out door. Pengunjung juga dapat menikmati dan melihat miniatur dari jaringan irigasi subak.

Tiket masuk pun relatif murah Rp 10 ribu dewasa domestik, Rp 5 ribu anak sekolah, Rp 15 ribu dewasa asing dan Rp 10 ribu anak asing. Normalnya sebelum pandemi COVID-19, rata-rata kunjungan ke Museum Subak untuk tamu asing antara 5 sampai 10 orang. Sedangkan domestik lebih banyak rombongan, antara 15 sampai 20 orang. (Puspawati/balipost)

Baca juga:  Lapangan Puputan Badung Kembali Dibuka, Masih Ada yang Marah Diingatkan Prokes
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *