BANGLI, BALIPOST.com – Sejak selesai dibangun baru akhir 2018 lalu, Terminal Loka Crana tak pernah berfungsi sebagaimana mestinya. Terminal yang berada di bawah Pasar Loka Crana itu lengang. Tidak pernah ada aktivitas mobil angkutan umum maupun penumpang di sana. Keberadaan terminal justru lebih banyak dimanfaatkan warga sebagai garase.
Seperti yang terpantau Selasa (28/7). Terminal satu-satunya yang dimiliki Pemkab Bangli itu terlihat sepi dari aktivitas angkutan umum. Hanya ada beberapa motor dan mobil yang parkir di sana. Areal terminal juga tampak jorok. Sampah plastik banyak berserakan terutama di areal utara terminal.
Dikonfirmasi mengenai hal itu, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Bangli I Gede Redika tak menampiknya. Dia mengakui selama ini terminal itu belum berfungsi sebagaimana mestinya. Tidak ada aktivitas angkutan umum di sana. Terminal diakuinya berfungsi sebagai tempat parkir.
Redika menilai bangunan terminal Loka Crana tidak sesuai dengan desain terminal. Salah satunya dari sisi ketinggian bangunannya. Selama ini terminal Loka Crana tidak bisa dimasuki bus seperti damri. Ketersediaan ruang tunggu penumpang juga belum ada. Serta pintu kedatangan dan keberangkatannya belum diatur jelas. Karenanya pihaknya selama ini memfungsikan areal depan Pasar Loka Crana sebagai terminal. “Saya tidak menyalahkan desain yang sudah berjalan. Artinya dari yang saya lihat, memang tidak bisa difungsikan sebagai terminal, hanya untuk parkir saja,” ungkap pria yang baru beberapa bulan menjabat Kadishub Bangli itu.
Meski demikian, kedepan pihaknya mengaku akan mencoba melakukan pengaturan terhadap angkutan umum yang beroperasi di Bangli. Begitu kendaraan angkutan akan berangkat, diarahkan ke depan pasar. Kemudian ketika ada kendaraan yang datang, akan diarahkan masuk ke areal terminal. Namun yang bisa masuk hanya kendaraan sejenis angdes dan angkot. “Kalau damri tidak bisa masuk,” ujarnya.
Sementara itu, soal sampah plastik yang berserakan di areal terminal, Pejabat asal Batur itu juga tak menampiknya. Dia mengatakan untuk penanganan sampah di terminal tidak hanya menjadi tanggungjawab Dishub. Sebab areal terminal selama ini juga dimanfaatkan sebagai pasar senggol saat sore hari. Untuk penanganan sampah di areal terminal pihaknya sudah sempat bersurat dan berkordinasi dengan Disperindag dan Dinas Lingkungan Hidup (LH).
Redika juga mengungkapkan bahwa setiap Jumat pihaknya rutin mengagendakan kegiatan bersih-bersih yang salah satunya menyasar areal terminal. “Areal dalam terminal itu jadi tanggungan abu-abu. di satu sisi funsginya terminal, di sisi lain digunakan untuk pasar senggol. Sehingga mengenai kebersihannya itu jadi tanggung jawab bersama,” pungkasnya. (Dayu Rina/Balipost)