DENPASAR, BALIPOST.com – Pupuk organik sangat diminati semua kalangan sehingga permintaan pasar sangat tinggi yaitu 50 ton/hari di Tabanan saja, belum lagi wilayah lainnya. Penggunaan pupuk organik tidak hanya untuk pertanian tapi juga mengalami di versifikasi yaitu pembibitan, industri, hotel, villa, kolam ikan bahkan turis lebih tertarik menggunakan pupuk organik.
Pengusaha pupuk organik, AA. Nyoman Wijana mengatakan, per tahun permintaan pupuk organik.bisa mencapai 350 ton. Sementara ia bersama 9 kelompok pengusaha pupuk organik baru bisa memenuhi permintaan 50 ton. “Saya saja produksinya baru 10 ton,” tandasnya ditemui saat press conference HKTI belum lama ini.
Harga pupuk organik juga 6 kali lipat lebih murah dari pupuk urea yaitu hanya 950/kg. Dengan harga tersebut, dinilai sangat menguntungkan. “Makanya berkecimpung di bidang limbah bisa menjadi kaya raya, maka mainlah di organik,” katanya.
Dikatakan pupuk organik merupakan pupuk berteknogi bahkan mengalahkan urea. Untuk membuat pupuk organik, ia bisa menghabiskan limbah hingga 15 ton. Limbah tersebut berasal dari berbagai limbah organik yang bebas racun seperti kotoran, limbah serbuk gergaji, dll.
Bahan baku itu setelah di olah mengalami penyusutan sehingga pupuk organik yang dihasilkan jumlahnya lebih sedikit dari bahan baku. Tak heran ia bersama teman-temannya saling berebut limbah. “Karena kita peduli lingkungan. Makanya kita sering berebut limbah. Persaingannya sangat ketat. Tapi saya senang karena kita bersaing secara ketat,” kelakarnya.
Ia menampik penggunaan pupuk organik merangsang tumbuhnya gulma yang dapat mengganggu tanaman pertanian. Ia menjelaskan penggunaan pupuk organik pada yang benar adalah ditebar sebelum masa pengolahan tanah. Gulma yang tumbuh akan digilas oleh traktor sehingga tanaman pertanian tidak terganggu.(citta maya/balipost)