Desa Adat Tianyar melaksanakan upacara peneduh jagat. (BP/Nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Bertepatan dengan Anggara Kasih Wuku Kulantir dan Kajeng Kliwon Enyitan, Desa Adat Tianyar, Kubu, Karangasem melaksanakan upacara pamilayu bhumi atau peneduh jagat. Pamilayu bhumi ini baru petama kali di laksanakan di Desa Adat Tianyar dalam kurun waktu 57 tahun setelah Gunung Agung meletus.

Ketua panitia upacara, I Gede Putu Dana, Rabu (5/8) mengatakan bahwa pelaksanaan upacara pamilayu bhumi atau peneduh jagat ini agar penyakit Covid -19 ini agar segera berlalu dan berharap situasi segera pulih seperti sedia kala. “Kita harap dengan upacara ini mampu menetralisir segala bentuk penyakit. Intinya, dari Desa Adat Tianyar mendoakan masyarakat untuk Bali dan dunia,” Ucapnya.

Baca juga:  Terjadi Gempa Tremor Overscale, Gunung Agung Memasuki Fase Kritis

Putu Dana menambahkan, upacara ini di gagas oleh komunitas sai spritual di bawah koordinator Sri Nabhesima yang tiada lain adalah penggiat spritual asal tianyar timur yang saat ini tinggal di pekutatan Jembrana Bali. Kata dia, melihat situasi saat ini, maka dilaksanakan upacara ini. “Melihat situasi ini, upacara pamilayu bhumi atau peneduh jagat sangat perlu dilakukan agar bisa menetralisir atau pembasmian gering agung secara niskala,” katanya.

Dia menjelaskan, berdasarkan sastra lontar roga sanggara bhumi termuat dalam lingkupannya menjelaskan, secara umum adalah apabila ada bencana, malapetaka, penyakit atau kejadian-kejadian alam yang tidak biasa seperti sasih kepitu di bulan Januari datang gempa secara terus menerus meniadakan akan terjadi berbagai macam penyakit. Dan kalau datangnya pada sasih jyesta bulan mei dan bulan juni akan terjadi orang orang sakit.

Baca juga:  Karena Ini, Warga Minta Jalan di Bantas Diperlebar

“Pada saat itu manusia atau masyarakat di Bali melaksanakan peneduh jagat atau pamilayu bhumi (penyucian alam) dengan melakukan upacara ini. Diharapakan para dewa tidak lagi marah dan dapat memanfaatkan kelakukan manusia, sehingga bhumi dan alam menjadi bersih (kaprisudha) demikian pula bhuta kala dapat di netralisir sekaligus tercipta kedamaian di Bali,” Tandasnya.

Upacara pamilayu bhumi atau peneduh jagat ini di awali dengan matur piuning di tri khayangan desa, pura dalem, pura puseh, pura desa dan di tempat dilaksanakan upacara. Upacra ini dipuput dua sulinggih yang ada di tianyar yaitu Ide Pandita Mpu Siwa Budha Paramantha Dharma Sidhi dari Griya Agung Pasraman Tri sakti Gayatri Tianyar Tengah, dan Ida Pedanda Budha Gede Wayan Sogata dari Griya Budha Tianyar Timur. (Eka Prananda/Balipost)

Baca juga:  Menko Maritim akan Tinjau Warga Pengungsi Gunung Agung
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *