Bersamaan dengan perayaan HUT Kemerdekaan RI ke 75 Poleng Band relis lagu Silih - Silih Kambing. Video kilp ini digarap dengan kolaborasi seni Pantomin. (BP/Mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Masa pandemi COVID-19 tidak menyurutkan semangat anak band di Buleleng untuk berkarya. Salah satunya, Poleng Band merilis lagu dan video klip terbarunya.

Jika sebelumnya mereka menciptakan lagu bertemakan cinta, namun dalam karya yang diluncurkan bersamaan dengan HUT Proklamasi RI ke 75 itu berjudul “Silih-Silih Kambing”. Lagu yang menceritakan persitiwa sosial di masyarakat itu resmi diluncurkan Selasa (18/8) yang lalu.

Vokalis Poleng Band, De Goes mengatakan, judul “Silih-silih Kambing” itu sengaja diangkat dalam karyanya. Lagu ini diciptakan untuk menampilkan tema yang berbeda dari ciptaan Poleng Band terdahulu.

Baca juga:  Jelang Panca Wali Krama, Pantai Klotok Mulai Ditata

Dalam kehidupan bermasyarakat di Bali “Silih-silih Kambing” sebuah istilah yang ditujukan kepada orang yang meminjam barang, tetapi tidak kunjung dikembalikan lagi. “Kalau karya kami yang lebih awal itu mengangkat tema cinta, namun kali ini kami menggarap karya dengan tema berbeda dengan mengangkat persoalan sosial di masarakat melalui lagu ini “Silih-silih Kambing,” katanya.

Menurut De Goes, dalam proses penggarapan, pihaknya bekerjasama dengan Demores Rumah Musik. Sedangkan, video klip diproduksi dengan kolaborasi Komunitas Mahima.

Baca juga:  Didapuk Jadi Pangerajeg Karya, Wabup Mahayastra Ikuti Prosesi Mejaya-jaya

Materi video klipnya menampilkan seni Pantomin yang dibawakan anak-anak Mahima Institut. Konsep video klip dipersiapkan sekitar 2 bulan lebih. “Video klip ini dikerjakan hampir selama sebulan. Situasi pandemi ini juga sedikit menghambat dalam proses pengerjaan video klip, namun kami bersukur klip ini bisa rampung dan mudah-mudahan bisa diterima oleh pecinta musik Bali,” jelasnya.

Sutradara video klip, Agus Wiratama mengatakan, mengabungkan antara musik dengan pentas teater bukan hal baru. Musik dan teater memang selau bertemu, tetapi sering terjadi objektifikasi salah satu media.

Baca juga:  Ingatkan Bahaya Laten Komunis, Warga Nobar "G/30/S PKI"

Kerja interdisiplin inilah yang tergolong baru dalam dunia musik, khususnya lagu Bali. Peristiwa ini adalah angin segar yang mampu membuka dimensi horizon baru dalam kedua dunia seni tersebut.

Teater dengan masanya sendiri dan musik populer dengan masanya sendiri bertemu dalam ruang dialektika. “Sesungguhnya terjadi tawar menawar estetika yang menunjukkan ruang fleksibel. Dalam konteks ini pertunjukkan dan musik adalah intersubjektivitas, bukan subjek-objek,” katanya. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *