Permainan Megandu dibawakan anak-anak dari Sanggar Buratwangi. (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Areal lahan persawahan milik Museum Subak Sanggulan, Rabu (26/8) sore diramaikan keseruan puluhan anak-anak dari Sanggar Buratwangi, Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Marga. Mereka dipercaya oleh Museum Subak Sanggulan untuk memperkenalkan permainan tradisional Megandu yang keberadaannya nyaris tidak diketahui oleh semua orang.

Kepala UPTD Museum Subak Kabupaten Tabanan Ida Ayu Pawitrani mengatakan, program belajar bersama di musuem subak kali ini memang memperkenalkan permainan tradisional Megandu yang berasal dari Banjar Ole. Rencananya, permainan ini akan didaftarkan oleh Dinas Kebudayaan Tabanan menjadi salah satu warisan budaya tak benda. “Sebelum didaftarkan jadi warisan budaya tak benda, kita lakukan kajian dulu, dengan mendatangkan pelakunya dari banjar Ole dan menampilkan permainan Megandu, serta juga mengajak sekaa truna desa adat Sanggulan, sebagai awal penyebar luasan permainan tradisional ini,” jelasnya.

Baca juga:  Sudah Kantongi Sertifikat Tatanan Era Baru, Museum Subak akan Dibuka Agustus

Dipilihnya Megandu, lanjut kata Dayu Pawitrani lantaran masuk dalam Pokok Pokok Kebudayaan Daerah (PPKD) dan merupakan salah satu permainan di tradisi agraris. Kedepan museum Sanggulan juga akan mendokumentasikan lagi permainan tradisional anak anak dari tradisi agraris. “Megandu ini sudah sering dipentaskan, jadi kita coba mengawali dengan permainan tradisional ini dulu, tetapi kedepan akan terus menampilkan permainan tradisional dari tradisi agraris lainnya,” terangnya.

Baca juga:  Pembukaan ICNT 2017 di Museum Subak Gianyar, Bupati Ajak Delegasi Lepas Tukik

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Tabanan, I Gusti Ngurah Supanji mengatakan, permainan Megandu ini sangat cocok diperkenalkan kembali pada kalangan generasi muda, khususnya anak-anak. Apalagi Kabupaten Tabanan dikenal sebagai daerah agraris dan lumbung berasnya Bali.

Menurutnya permainan tradisional sangat besar pengaruhnya untuk membentuk karakter anak, jika dibandingkan dengan permainan modern saat ini. “Lewat permainan tradisional ini anak anak belajar bergaul, bergotong royong, timbul berkreasi dan diajarkan tidak mengutamakan agar bisa menang tetapi bergembira bersama. Karakter ini dibangkitkan kembali,” ucapnya.

Baca juga:  Turun, Tingkat Kunjungan Siswa ke Museum Subak

Megandu ini, lanjutnya, merupakan khasanah khas budaya Tabanan yang belum dikenal semua orang. “Kebetulan Museum Subak ada di wewidangan desa adat Sanggulan. Jadi kota kenalkan dulu disini (Sanggulan) nanti akan ditularkan ke daerah lain agar tidak punah dimakan zaman,” ucapnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *