TABANAN, BALIPOST.com – Meski sektor pariwisata sudah mulai dibuka untuk wisawatan lokal sejak bulan Juli 2020, namun denyut perekonomian khususnya di obyek wisata terkait belum sepenuhnya pulih. Ini dikarenakan tingkat kunjungan wisatawan masih belum sepenuhnya pulih akibat dampak mewabahnya pandemi Covid-19.

Alhasil, berbagai sektor yang menggantungkan diri di pariwisata menjadi tidak berdaya. Salah satunya yang cukup dirasakan dampaknya oleh sekitar 650 pedagang baik kios dan los yang ada di seputaran DTW Tanah Lot, desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan.

Dari pantauan dilapangan, suasana DTW Tanah Lot pada Kamis (27/8) pukul 08.00 wita masih tampak lengang. Suasana ini jauh berbeda jika dibandingkan sebelum wabah Covid19 melanda, dimana obyek wisata ternama di Tabanan ini sudah ramai kunjungan dari pukul 07.00 wita. Kunjungan wisatawan lokal baru tampak terlihat pukul 09.00 wita. Begitupun lapak kios dan los hanya beberapa saja yang buka, itupun mereka hanya membersihkan barang dagangan dan kios. Bahkan pedagang kuliner khas Tanah Lot seperti klepon dan rujak tidak lagi terlihat.

Baca juga:  Kembalikan Kondisi Perekonomian, Perlu Alternatif Tepat dan Solutif

Salah seorang pedagang souvenir, Ni Komang Puspawati mengaku selama mulai dibuka bulan Juli setelah sempat ditutup total mulai bulan April 2020 lalu, tidak banyak yang bisa dirinya lakukan. Selain hanya datang untuk kegiatan bersih-bersih atau mebanten, dalam seminggu pun belum tentu ia membuka kios dagangannya, karena pengunjung masih sedikit yang datang. “Saya jarang buka, ini kebetulan saja sambil mebanten buka sebentar dan baru ada laku satu itupun sudah senang, daripada tidak sama sekali,” ucapnya.

Baca juga:  Untuk Pertama Kali Sejak Dilanda Gelombang Kedua, Bali Nihil Tambahan Korban Jiwa

Perempuan asal Singaraja yang kini menjadi warga Desa Beraban Kediri ini mengaku dirinya telah berjualan di kawasan Tanah Lot selama 11 tahun. Dan baru kali ini merasakan dampak ekonomi yang turun drastis akibat Covid-19. “Dulu ramai yang beli wisatawan asing seperti Eropa, Cina, sekarang sama sekali daya beli masyarakat turun, dapat pegarus satu saja sudah bersyukur,” terangnya.

Hal senada juga disampaikan Wayan Betok, pedagang souvenir patung. Meski relatif sepi, dirinya tetap membuka kios souvenirnya untuk mengisi kegiatan daripada berdiam dirumah. Hanya saja jika sebelumnya dia buka lebih pagi, kini buka sedikit lebih siang melihat kunjungan wisatawan.

Sementara itu Kepala Divisi Pasar DTW Tanah Lot Made Adhi Susila seijin Manager Operasional DTW Tanah Lot Ketut Toya Adnyana mengatakan, sejak DTW dibuka Juli memang tidak banyak pedagang yang kembali beraktivitas mengingat kunjungan juga belum pulih seperti sebelum Covid-19. “Rata-rata hanya 2 persen yang buka, itupun sifatnya datang sebentar untuk sekedar bersih-bersih, mebanten dan mengecek makanan kadaluarsa kalau untuk pedagang makanan minuman, apalagi daya beli masyarakat memang sedang lesu,” ucapnya.

Baca juga:  Sudah Tercapai, Target Penyaluran KUR BNI di Bali

Dan kondisi ini diakuinya menyebabkan sejumlah pemilik kios yang putus kontrak. Serta adapula pedagang khususnya yang los makanan dan minuman lebih memilih berjualan dirumah atau lokasi lain untuk tetap mendapatkan pembeli.

Dimana data dari humas DTW Tanah Lot, rata-rata kunjungan wisatawan perhari hanya di angka 500- 600 orang per hari, sementara di hari sabtu dan minggu dikisaran angka 1.000 kunjungan. (Puspawati/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *