Rektor ITS, Joni Hermansyah mengalungkan tanda peserta ke peserta CommTECH. (BP/baw)
SURABAYA, BALIPOST.com – Ketersediaan air di Pulau Jawa mencapai titik kritis. Yakni, dengan rasio hanya 0,4 persen. Selain itu, Pulau Jawa khususnya Surabaya mulai kesulitan menampung air yang masuk.

“Hal ini dikarenakan pengalihan fungsi lahan dan pendangkalan tempat penampungan air seperti waduk,” kata Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD di Rektorat ITS, disela pembukaan CommTECH di Surabaya, Rabu (12/7) sore.

Untuk itu, menurut guru besar Teknik Lingkungan ini, diperlukan suatu solusi agar air yang masuk selama musim hujan dapat ditampung, supaya di musim kemarau tidak kekeringan. Begitu pula ketika musim penghujan, diperlukan solusi agar air yang telah ditampung dapat memenuhi kebutuhan air selama musim panas.

Community and Technological (CommTECH) Camp kembali hadir untuk kali ketujuh. Berbeda dari CommTECH sebelumnya, kali ini acara yang diadakan International Office (IO) atau Direktorat Hubungan Internasional Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini mengajak 45 peserta dari 17 negara untuk berbagi pemikiran dan menyelesaikan masalah tentang Smart City dan Sustainable Water Development di Surabaya.

Baca juga:  Transformasi Digital Dorong Ekonomi Indonesia di Masa Krisis Covid-19

Acara yang akan berlangsung hingga 25 Juli ini dibuka secara resmi Rabu (12/7). Rektor ITS, Joni mengungkapkan, CommTECH selalu hadir dengan tema yang berbeda tiap kali diadakan. Namun, ia menjelaskan semua kegiatan CommTECH selalu fokus pada penyelesaian masalah, khususnya yang terdapat di Surabaya.

Pada CommTECH kali ini, peserta diberi dua pilihan courses, yakni mengenai pengembangan smart city dan pengembangan air berkelanjutan di Surabaya. “Kedua topik ini dipilih karena baik pengolahan air maupun pengembangan smart city di Surabaya merupakan topik yang urgent di Surabaya saat ini,” jelasnya.

Direktur Hubungan Internasional ITS Dr Maria Anityasari, menambahkan, nantinya selama 14 hari peserta akan diajak terjun langsung ke kampung-kampung dan pelosok kota Surabaya untuk melihat pengolahan air yang telah ada serta mendiskusikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan air di Surabaya. “Salah satunya ialah kontrol jumlah air baik pada musim penghujan maupun musim kemarau,” ujarnya.

Baca juga:  Indonesia Harus Waspadai Tiga Potensi Krisis

Selain aspek kuantitas, juga menekankan aspek kualitas untuk dipertimbangkan. Untuk itu, monitoring pengolahan air di Surabaya menjadi hal yang penting. Di Surabaya saat ini, jumlah SDM dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya masih belum sebanding dengan kebutuhan monitoring untuk kualitas air di Surabaya.

“Untuk itulah penting untuk diadakan pengembangan smart city yang nantinya akan memudahkan monitoring dengan memperbaiki sistem dan memanajemen sistem yang ada dengan berbagai inovasi,” ungkap Joni menambahkan.

Setelah program usai, kata Maria, nantinya ke-45 peserta akan mempresentasikan kegiatan dan solusi mereka selama CommTECH kepada Pemerintah Kota Surabaya. “Presentasi tersebut akan menjadi masukan bagi pemerintah kota Surabaya untuk memperbaiki permasalahan mengenai pemanfaatan air dan smart city di Surabaya,” ungkap Maria.

Baca juga:  Serangan Iran ke Israel, Belum Ada Informasi WNI Terdampak

Selain topik smart city maupun sustainable water development, peserta juga akan diajak untuk mempelajari budaya di Indonesia. Seperti belajar Bahasa Indonesia, permainan tradisional Indonesia, sampai menikmati keindahan alam Indonesia di Gunung Bromo nantinya.

Jacquelline Alessandria R Villa, salah satu peserta dari Filipina mengungkapkan bahwa ia mengetahui program CommTECH ini dari profesornya. Karena tertarik dengan kegiatan yang ditawarkan CommTECH akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti kegiatan ini. “Saya ingin bertukar pikiran dan ide dengan peserta dari negara lain,” ungkap mahasiswi University of Philippines ini.

Berbeda lagi dengan Siyu Luo, peserta asal Tiongkok yang menginginkan mempelajari budaya di Indonesia. Mahasiswi dengan panggilan akrab Eva ini mengungkapkan tertarik untuk mengenal kebudayaan masyarakat Indonesia, khususnya Surabaya. “Dan tentunya bisa menambah teman dari negara lain juga nantinya,” tuturnya sembari tersenyum. (Bambang Wili/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *