belerang
Ikan-ikan milik petani di keramba Banjar Dukuh, Desa Abang Batu Dinding mati akibat semburan belerang yang terjadi sejak beberapa hari lalu. Atas kondisi itu, petani ikan di desa setempat mengalami kerugian hingga miliaran rupiah. (BP/nan)
BANGLI, BALIPOST.com – Semburan belerang yang kembali terjadi di perairan Danau Batur, Kintamani sejak beberapa hari lalu membuat petani ikan di Banjar Dukuh, Desa Abang Batu Dinding, Kintamani gigit jari. Pasalnya, ribuan ekor ikan di Keramba Jaring Apung (KJA) milik petani ikan di desa tersebut mati. Atas kondisi itu, petani ikan mengalami kelurugian hingga milyaran rupiah.

Pantaun yang dilakukan Jumat (14/7), air danau yang berada di wilayah di Banjar Dukuh, Desa Abang Batu Dinding, banyak terlihat ikan mengapung akibat semburan zat belerang. Kondisi ikan yang mengapung di pesisir danau cukup banyak. bahkan lantaran lama mengapung ikan-ikan itu mulai mengeluarkan bau busak. Terlihat sejumlah petani mengangkat ikan-kan yang mati di dalam keramba untuk dibawa ke daratan untuk dibuang.

Petani ikan di Banjar Dukuh, Desa Abang Batu Dinding I Wayan  Suarba mengungkapkan, semburan belarang ini sudah terjadi sejak dua hari lalu. Kata dia, akibat fenomena ini hampir semua ikan yang ada dikerambanya dan keramba miliki petani lainnya mati. “Ikan-ikan yang mati semuanya sudah layak panen. Hanya saja, baru rencananya ikan akan dipanen, namun keburu ada semburan belerang terjadi,” ungkap Suarba.

Baca juga:  Tanpa Dana Mandiri, Bali Terus Dieksploitasi oleh Kebijakan Pusat

Suwarba menjelaskan, akibat fenomena ini ribuan ikan di keramba miliknya dan milik petani lainnya semuanya mati. Kata dia, kalau dihitung ikan-ikan yang mati mencapai puluhan ton. Atas kondisi ini, pihaknya mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.

“Kerugian itu baru milik saya saja. Sebab, masing-amsing kepala bisa memiliki 10 lobang dengan jumlah ikan bisa mencapai 10 ton. Jadi kalau dikalkulasikan secara menyeluruh dari jumlah petani yang memiliki keramba kerugian mencapai miliaran rupiah,”tegas Wayan Suarba sembari menyatakan jika ikan-ikan tidak apa-apa jika di konsumsi.

Sementara petani ikan di Desa Buahan, Kintamani, Made Antara mengungkapkan, pasca terjadinya semburan belerang beberapa hari lalu, pihaknya hari ini (kemarin red) sudah melakukan pengecekan terhadap ikan-ikan yang ada di kerambanya. Kata dia, setelah dilakukan pengecekan, ternyata belum ada ikan yang mati. “Ikan dikeramba sudah saya cek tadi pagi (kemarin red). Tapi astungkara tidak ada ikan yang mati akibat semburan belarang ini,” ucapnya.

Baca juga:  Tekan Pencemaran Danau Batur, KJA Ramah Lingkungan Dikembangkan

Dia menambahkan, atas kondisi ini, dinas terkait dalam hal ini Dinas Pertanian, Ketahan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli sudah sempat melakukan pengecekan terhadap kadar air danau. Manurutnya, ikan-ikan yang mati akibat di air danau yang berada di bawah panas. “Kalau ikan-ikan liar yang dapat bergerak bisa selamat dari semburan belarang ini. Karena ikan-ikan di keramba tidak dapat begerak leluasa, dan tidak dapat oksigen makanya ikan mati,” tegasnya.

Lebih lajut dijelaskannya, sekarang ini sembuaran belarang di wilayah Buahan sudah mulai hilang. Karena semburan belarang yang parah terjadi dua hari lalu. sebab, sebelumnya air danau sempat berubah warna menjadi hijau lumut ke kuning-kuningan. Sementara kondisi yang paling parah ada di Aabang Batu Dining. Pasalnya, disana akibat sembuaran belarang ini, ribuan ekor ikan mati.

“Di sini memang ada sembuarn belarangnya. Tapi di Abang Batu Dinding paling parah. Karena disini ada sempat hilang lagi. Kalau disan belaranfnnya teta. sehingga banyak ikan-ikan di keramba petani disan mati,” tegasnya sembari menyatakan semburan belarang ini muncul lagi akibat cuaca ekstreem dan cuaca dingin.

Baca juga:  Keterlambatan Distribusi Logistik Pemilu di Buleleng, Bawaslu Panggil Komisioner KPU

Petani ikan lainnya di Desa Kedisan, I Ketut Rijasa mengungkapkan, jika ikan-ikan liar yang ada di wilayah Kedisan memang belum ada yang mati akibat semburan belarang yang sudah terjadi sejak tiga hari lalu itu. Menurutnya, justru kondisi parah ada di Abang Batu Dinding. Sebab, disana banyak ikan petani yang ada di keramba mati.

“Kalau ikan liar sampai saat ini memang belum ada yang mati. Ini saya baru saja datang dari mencari ikan liar di Danau Batur. begitu juga ikan yang da di keramba belum ada ikan yang mati. Justeru yang paling parah ada di Abang Batu Dinding. Karena  disana katanya banyak ikan yang mati akibat semburan belarang ini,” jelas Rijasa. (eka prananda/balipost)

 

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *