DENPASAR, BALIPOST.com – Menghadapi resesi saat ini berbeda dengan menghadapi ekonomi Bali yang sempat kontraksi sebelumnya. Faktor utama kontraksi perekonomian saat ini disebabkan oleh pandemi Covid -19 yang menyebabkan pemerintah di seluruh dunia mengeluarkan kebijakan pembatasan mobilitas demi menahan laju penyebaran Covid-19.
Menghadapi resesi ini, Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho menyampaikan agar masyarakat mengatur keuangannya dengan baik. Dari sisi konsumsi, masyarakat diminta mengutamakan kebutuhan primer terlebih dahulu dan menabung (simpanan liquid).
Sementara dari sisi pendapatan, masyarakat diminta menjaga sumber pendapatannya. Pengajuan kredit oleh pelaku usaha agar digunakan untuk modal kerja kegiatan yang produktif.
Pelaku usaha agar mencari peluang untuk berusaha dan menjual kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat dengan memanfaatkan teknologi informasi atau digitalisasi usaha. Pemanfaatan teknologi informasi (digitalisasi pengusaha) dioptimalkan untuk meminilisir pertemuan pembeli dan penjual secara langsung. Dengan demikian masyarakat tetap produktif namun juga lebih aman dari penyebaran virus. “Dengan demikian, konstrain pembatasan mobilitas terhadap perkembangan usaha dapat diminimalisir,” imbuhnya.
Bali yang sebagian besar merupakan segmen di bidang seni dan kerajinan serta pertanian dan perkebunan diharapkan memanfaatkan bantuan PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) untuk terus bertahan dan berinovasi antara lain dengan digitalisasi pemasaran dan produksinya.
“Lakukan digitalisasi marketing atau penjualan menggunakan sosial media. Belajar dulu untuk nantinya ikut marketplace. Memanfaatkan bantuan pemerintah jika memang memenuhi kriteria menerima bantuan,” jelasnya.
Selain itu digitalisasi pembayaran juga harus dilakukan untuk mengurangi kontak fisik sehingga salah satu media penularan virus lewat uang dapat diminimalkan. Salah satu digitalisasi pembayaran yang bisa dimanfaatkan adalah QRIS, transfer bank lewat e-banking atau mobile banking.
Pembatasan mobilitas ini memang berdampak signifikan terhadap kinerja perekonomian, sebagaimana yang terjadi pada triwulan II 2020, baik perekonomian global, nasional maupun di Bali sendiri, mengalami kontraksi.
“Kondisi ekonomi yang kontraksi saat ini, kita tidak boleh menyerah pada kondisi resesi. Kunci dari pemulihan perekonomian adalah terkendalinya Covid-19,” ujarnya.
Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah program pengendalian Covid-19 dan program pemulihan ekonomi untuk mendorong sisi supply maupun sisi demand, termasuk di dalamnya upaya mendorong UMKM.
Dari sisi masyarakat, diharapkan agar selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan. Disamping itu, masyarakat juga diharapkan agar dapat memanfaatkan setiap peluang dengan baik.
Kondisi perekonomian 2020 diperkirakan akan menurun dibandingkan 2019. Meskipun demikian, sejumlah kebijakan pemerintah dari sisi moneter dan fiskal diharapkan dapat menahan laju penurunan. “Dengan sinergi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, maka kami optimis pemulihan ekonomi akan dapat berjalan dengan baik,” ujarnya. (Citta Maya/Balipost)