GIANYAR, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 merupakan ujian terbesar industri pariwisata, khususnya di Bali. Kehidupan yang awalnya ramai akan kegiatan wisata, kini menjadi sepi seketika akibat pandemi.
Kepala Dinas Pariwisata Gianyar, AA Gde Putrawan mengatakan ada dua syarat mutlak yang harus dipenuhi sektor pariwisata dan akan menjadi daya jual pariwisata di masa depan.
Syarat itu adalah rasa aman dan kenyamanan. Putrawan menyebutkan sejak Maret mengalami pandemi, tentunya banyak kesulitan yang dirasakan pelaku pariwisata. Ubud yang dianggap magnet wisatawan di Gianyar, terlihat penurunan drastis pergerakan ekonominya. Berbanding lurus dengan fakta tidak adanya akses bagi wisatawan mancanegara untuk berlibur.
“Upaya yang bisa dilakukan untuk membangkitkannya kembali adalah dengan membangun kepercayaan wisatawan mengenai kondisi di Bali. Tidak bisa semata-mata omongan, melainkan harus ada sinergi antara pemerintah, masyarakat dan pelaku pariwisata dalam kedisplinan menerapkan prokes guna menekan penyebaran virus Corona. Dari situ, baru bisa dibangun kembali kepercayaan wisatawan untuk berlibur,” ujar Putrawan saat wawancara khusus Bali Post Talk serangkaian HUT ke-72 Bali Post, Gerakan Satu Juta Krama Bali Mewujudkan Bali Era Baru, belum lama ini.
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah tahap verifikasi mengenai kesiapan membuka kembali dan komitmen menjalankan prokes. Sejauh ini, kurang lebih sudah terdapat 155 yang sudah terverifikasi di Gianyar.
Sisanya yang belum diverifikasi kemungkinan terkendala dalam mendapatkan informasi. Untuk itu, informasi tentang verifikasi sudah disebarluaskan juga melalui sosial media dan beberapa pihak terkait. “Berbagai program sudah mulai dilakukan, salah satunya adalah program BISA (Bersih, Indah, Sehat dan Aman) yang diterapkan di seluruh objek wisata. Kami juga mengimbau agar di setiap objek wisata yang melibatkan banyak pengunjung untuk mengerahkan Satgas COVID-19,” ujarnya.
Para pelaku pariwisata secara keseluruhan memiliki harapan yang hampir sama. Dua hal yang diinginkan agar adanya pergerakan signifikan di pariwisata. Pertama, agar pandemi Covid–19 ini segera berlalu, tentunya dengan usaha bersama. Kedua, agar keran wisatawan mancanegara dibuka kembali.
Market domestik memang masih bisa diolah. Akan tetapi selama ini Bali lebih bersandar pada wisman. “Mari bersama-sama di kondisi ini, bergandengan tangan untuk memulihkan kembali keadaan agar lebih baik dengan disiplin menerapkan prokes. Sehingga usaha dapat sepenuhnya dibuka kembali dan dapat hidup normal dengan tatanan kehidupan yang baru,” tutupnya. (Gita/balipost)