Perajin sedang membuat endek Sidemen. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Upaya pelestarian kain tradisional Bali, baik endek maupun songket kini tengah digencarkan. Termasuk di dalamnya mengembalikan tenun Bali yang sakral ke fungsinya semula.

“Contohnya rangrang dari Nusa Penida, itu kan diperuntukkan untuk upacara. Namun pernah booming sebentar tapi sekarang ditinggalkan lagi,” ujar Ketua Dekranasda Provinsi Bali, Ny. Ni Putu Putri Suastini Koster di Gedung Gajah, Jayasabha, Denpasar, Sabtu (17/10).

Baca juga:  Endek "Surface Design" Jadi Souvenir Delegasi IMF

Menurut Putri Suastini, hal itu tentu tidak baik. Tindakan mengeksploitasi songket rangrang telah menempatkan kain tersebut bukan di tempatnya, dan memudarkan kesakralan kainnya.

Untuk itu, para perajin diajak untuk tidak hanya mengejar target semata, namun harus kembali ke jati diri. “Menghasilkan karya yang berkualitas, karya yang sesuai dengan fungsi yang sesuai dengan Nangun Sat Kerthi Loka Bali,” imbuhnya.

Di sisi lain, Putri Suastini mengaku kagum dengan terpilihnya endek Bali menjadi salah satu motif pakaian dalam koleksi terbaru rumah mode dunia Christian Dior. Namun, kagum saja tidak cukup.

Baca juga:  Bupati Tamba Buka Lomba Mekepung, Bentuk Promosi dan Pelestarian Budaya Lokal

Saat melakukan rapat terakhir dengan pihak rumah mode tersebut, telah ditekankan bahwa Dior harus memenuhi beberapa kriteria terlebih dahulu. Sebelum menggunakan endek dalam koleksi mereka.

Kriteria yang dimaksud bersifat menguntungkan para perajin Bali. “Saya tidak mau kita hanya bisa kagum saja. Dior memilih tenun kita, harus ada kompensasi dong untuk para perajin kita. Setidaknya dengan terpilihnya endek para perajin kita harus sejahtera,” tegasnya. (Rindra Devita/balipost)

Baca juga:  Memanfaatkan Endek Bali, Christian Dior Kerja Sama dengan Pemprov
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *