AMLAPURA, BALIPOST.com – Seorang pendaki, yakni A.A. Ngurah Anom Rayendra asal Denpasar mengalami kelelahan saat melakukan aktivitas spiritual sekaligus pendakian ke Puncak Gunung Agung. Korban, ditemukan oleh seorang pendaki asal Besakih di lereng Gunung Agung.
Korban dievakuasi ke bawah oleh tim gabungan Basarnas Karangasem, BPBD Karangasem dan anggota kepolisian dari Polsek Rendang. Berdasarkan informasi di lapangan, korban melalukan aktivitas pendakian ke puncak Gunung Agung pada Senin (19/10).
Ia melakukan pendakian melalui Pura Pengubengan Besakih sekitar pukul 07.00 WITA. Anak korban, A.A Ngurah Surya Girindra sempat melakukan kontak terakhir dengan ayahnya ini pada Selasa (20/10) sekitar pukul 23.45 WITA melalui handphone.
Saat itu, korban mengatakan kepada anaknya kalau dirinya kehabisan air minum. Tapi, setelah dihubungi kembali HP korban tidak nyambung.
Korban menuturkan, kalau dirinya melakukan pendakian dari Pura Pengubengan pada Senin (19/10) sekitar pukul 07.00 WITA. Sedangkan mobil diparkir di Pura Kiduling Kreteg Besakih.
Dia mengakui, tujuannya naik ke puncak Gunung Agung untuk melakukan kegiatan spiritual. “Saya sampai di puncak agak sore sekiatr pukul 18.00. Saya menginap di Gunung Agung. Dan tadi baru kembali turun. Dan saat mau turun untuk pulang inilah saya sedikit kelelahan, karena bawa ransel dan tenda,” ujarnya.
Koordinator Pos Pencarian dan Pertolongan Basarnas Karangasem, I Gusti Ngurah Eka Widnyana, mengatakan, kalau menerima adanya laporan pendaki yang kelelahan di Gunung Agung. Pihaknya langsung melaiukan koordinasi dengan Polsek Rendang dan pemandu pendaki di Desa Besakih.
Korban ditemukan oleh pemandu tamu yang kebetulan naik membawa tamu. Korban ditemukan di ketinggian 1.469 mpdl.
“Korban ditemukan di atas sekitar pukul 14.37 WITA. Dan tim gabungan langusng bergerak menuju ke atas untuk melakukan evakuasi terhadap korban. Korban kita temukan di atas pukul 15.29 WITA. Dan selanjutnya, korban kita bawa ke bawah ke Pura Pengubengan Besakih. Korban dalam kondisi selamat, hanya kondisinya lemas akibat logistik atau bekal susah habis,” jelas Ngurah Eka. (Eka Parananda/balipost)