GIANYAR, BALIPOST.com – Di tengah pandemi Covid -19 yang masih terjadi hingga Oktober ini, penjualan kerajinan piercing (tindik dan anting) yang diproduksi para perajin di Desa Tampaksiring tetap berjalan normal. Bahkan kerajinan ini tetap eksis di pasar international. Pesanan pun sesungguhnya juga cukup tinggi di pasar lokal, namun pesanan ini belum bisa dipenuhi secara optimal.
Kondisi ini diungkapkan salah seorang perajin asal Desa Tampaksiring, I Ketut Sudirman, Minggu (25/10). Ketut Sudirman menuturkan awal pandemi Covid-19, pihaknya juga merasakan dampak Covid-19, kondisi ini terjadi karena sejumlah negara melakukan lockdown dan penerbangan ditutup total.
Alhasil, pihaknya pun mengalami penurunan pesanan khususnya dari Benua Eropa. “Awal corona antara Maret-Juni untuk Eropa turun (pesanan-red),” ungkapnya.
Diakui kondisi mulai membaik setelah Juni tahun ini. Bahkan sampai saat ini pesanan dari sejumlah negara terbilang normal. “Mulai naik kembali normal di akhir Juni. Sejak itu sampai sekarang produksi terbilang normal,” katanya.
Pihaknya kerap menerima pesanan dari sejumlah negara seperti Singapura, United Kingdom dan USA. Dikatakan pesanan akan dikirim setiap bulan, hal ini juga dikarenakan proses produksi yang cukup memakan waktu. “Pesanan dikirim setiap bulan, antara kisaran 30 kg, proses produksi memang memakan waktu, ” katanya.
Disinggung terkait pasar lokal, Sudirman mengaku kesulitan memenuhi pasar lokal yang pesanannya bersifat retail. Padahal peminat untuk produk piercingnya terbilang banyak, namun ia kesulitan dalam melayani. “Karena retail sifatnya jadi beli satuan otomatis butuh pelayanan satu-satu. Sementara permintaan masing-masing orang itu berbeda-beda, kadang ada yang minta custom, sehingga banyak waktu terbung untuk melayani satu pembeli, jadi kesulitan mengakomodasi costumer untuk pembelian retail,” katanya.
Disinggung bahan baku piercing yang diproduksi, Ketut Sudirman mengaku kerap memanfaatkan bahan kayu serta berbagai logam seperti Kuningan. Selain logam ia juga memproduksi piercing berbahan tanduk kerbau dan kerang. “Bahan baku kayu diperoleh dari Buleleng, kalau kerang di daerah Kuta, Kuningan dari Desa Celuk, Kecamatan Sukawati,” katanya.
Sementara terkait disain selama ini ia mengaku membuat sendiri, walau ada juga custumer yang memberikan disain pesanan. “Tapi kebanyakan saya mendesain sendiri,” ujarnya.
Kedepan bapak dua anak ini pun berharap bisa membangun perusahaan, dan menangani perajin yang dapat melayani costumer. “Memanage pengerajin, jadi saya bisa lebih fokus mendesign dan marketing saja,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)